URnews

Gen Z: Tak Hanya Bisa Bikin ‘SCBD’

Firman Kurniawan S, Senin, 25 Juli 2022 18.06 | Waktu baca 6 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Gen Z: Tak Hanya Bisa Bikin ‘SCBD’
Image: Jeje Slebew. (Instagram @jejelinces)

KAWASAN perhentian MRT Dukuh Atas itu, kini sebutannya bergeser jadi SCBD. Bukan kepanjangan dari Sudirman Central Business District, melainkan Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok. Pergeseran sebutan itu, entah peyoratif atau apresiatif, dipicu oleh ledakan besar bak Supernova. Sebuah ledakan bintang yang energinya terpancar ke segala arah. Energi yang jadi penggugah aneka tanggapan. 

Tanggapan bernada penghargaan itu muncul saat media minta pendapat Gubernur DKI Anies Baswedan. Ia menyebut SCBD sebagai terwujudnya ruang ketiga. Sebuah ruang yang jadi tempat interaksi berbagai kalangan. Ruang yang ada di antara rumah dengan tempat kerja dan belajar. 

Tak salah memang, di Dukuh Atas yang menyisakan ruang terbuka ini, jadi titik temu kaum pekerja dari berbagai kelas, pelajar maupun mahasiswa, para pelaku perjalanan di wilayah aglomerasi Jabodetabek, maupun mereka yang hendak pergi jauh menggunakan pesawat melalui Bandara Soekarno Hatta. Tak jarang kawasan ini jadi tempat perhentian sejenak, seraya menyaksikan aneka atraksi. 

Tak kurang dari itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melambungkan sebuah harapan, SCBD bakal tumbuh jadi kawasan fashion baru. Tentu saja kawasan yang tumbuh mendunia dan punya daya tarik wisata. Atas harapannya, Ia menawarkan beasiswa bagi pelaku fashion dan pembuat konten di SCBD, agar karyanya berkembang dengan sentuhan pendidikan lebih lanjut. 

Tak kalah serunya, tanggapan pemerhati budaya dan fenomena sosial perkotaan. Para pemerhati ini menilai, kebangkitan SCBD sebagai lahirnya budaya tanding ‘counterculture’ yang melawan dominasi elite kapitalis. Kelompok yang berkuasa, menentukan definisi fashion agar eksistensi industrinya terjamin. Budaya tanding ini layak diapresiasi, sebab semua kalangan dan kelas berhak mendefinisikan fashion dalam perspektifnya masing-masing. Tentu saja, tanpa imbuhan dibebani  kepentingan pelanggengan modal.

Tak ingin lebih jauh dengan fenomena SCBD, penulis hendak lebih memberi perhatian pada generasi pelaku di balik bangkitnya suburban fashion itu. Jika diamati lebih dalam, SCBDers ini adalah remaja-remaja awal yang baru saja lepas dari masa kanak-kanak, namun belum bisa dimasukkan sebagai kelompok dewasa. 

Dari kecanggungan dan pilihan berekspresinya, diduga umur mereka ada di kisaran 14-20 tahunan. Kelompok umur yang secara popular disebut sebagai Generasi Z. Dari periode tahun kelahirannya, Gen Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1995-2010. Artinya, generasi yang ada di rentang umur 12-27 tahun.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait