URguide

Kisah Pemuda Gendong Ibu dari Yaman ke Mekah untuk Ibadah Haji

Suci Nabila Azzahra, Kamis, 7 Juli 2022 16.49 | Waktu baca 6 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Pemuda Gendong Ibu dari Yaman ke Mekah untuk Ibadah Haji
Image: Ilustrasi ibadah haji (Instagram/makkah._madinah._)

Jakarta - Bakti seorang pemuda miskin asal Yaman terhadap ibunya membuat Rasulullah SAW terkesan. Pemuda taat dan saleh itu bernama Uwais Al-Qarni.  

Uwais Al-Qarni yang memiliki nama lengkap, Abu Amru Uwais bin Amir bin Jaza al-Qarni al-Muradi al-Yamani, adalah penduduk dari Qaran di Yaman, ia lahir pada tahun 594 M, dari Bani Murad dan meninggal pada tahun 657 M, di makamkan di Raqqah, Suriah. Ia juga pernah ikut dalam perang Shiffin.

Rasulullah SAW memang tidak pernah bertemu dengan Uwais Al Qarni. Namun, nama Uwais disebut oleh Rasulullah SAW. Uwais hidup pada zaman Rasulullah SAW dan tinggal  di Yaman dengan ibunya. Setelah Rasulullah SAW wafat, Uwais baru bisa pergi ke Mekkah mengantarkan ibunya melaksanakan ibadah haji.

Uwais Al Qarni mendapatkan ujian berupa penyakit sopak. Seluruh tubuhnya menjadi belang-belang karena penyakit sopak tersebut. Ibunya sudah tua dan sakit lumpuh, namun Uwais Al-Qarni senantiasa merawat ibunya dengan telaten dan penuh kesabaran.

Dia juga berusaha selalu memenuhi semua permintaan ibunya yang lumpuh itu. Tapi hanya satu permintaan yang belum dikabulkan dan kesulitan untuk memenuhinya.

“Wahai anakku, Uwais! Mungkin aku tidak akan lama lagi bisa bersamamu. Tolong, ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan ibadah haji,” kata ibunya.

Setelah mendengar permintaan dari ibunya tersebut, Uwais terdiam dan termenung memikirkan caranya agar sang ibu bisa menunaikan ibadah haji. Jika memakai kendaraan berupa unta maupun keledai jelas tidak mungkin karena tidak punya biaya.

Jalan satu-satunya yakni menggendong ibunya dari kota kelahirannya Al Qarn, Yaman meski harus menempuh jarak yang sangat jauh perjalanan menuju ke Mekkah (Yaman ke Mekkah kira-kira 1.119 Km). Selain itu juga akan melewati padang tandus yang luas dan sangat panas.

Setelah berpikir cukup lama mencari jalan keluarnya, kemudian Uwais memutuskan untuk membeli anak lembu dan membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi, Uwais bolak-balik menggendong anak lembu tersebut naik turun bukit. Bahkan ia sampai disebut gila oleh orang-orang yang melihat tingkah lakunya. 

Setelah delapan bulan berlalu, dan masuk pada musim Haji. Lembu milik Uwais pun beratnya telah mencapai 100 kilogram, begitupun dengan otot Uwais yang semakin kuat. Ia semakin bertenaga mengangkat barang. Akhirnya orang-orang pun mengetahui maksud dari Uwais menggendong lembunya setiap hari itu ternyata ia sedang latihan untuk menggendong ibunya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait