URguide

Korban Tsunami Aceh Ini Kini Sukses Jualan Pulsa Omset Rp 20 M per Bulan

Indi Lusiani, Kamis, 27 Januari 2022 14.28 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Korban Tsunami Aceh Ini Kini Sukses Jualan Pulsa Omset Rp 20 M per Bulan
Image: Tangkapan Layar Firmansyah Asnawi (kiri) dan Muammar Khadafi (kanan). (YouTube/Pecah Telur)

Jakarta - Dua pemuda asal Aceh, Muammar Khadafi dan Firmansyah Asnawi yang merupakan korban tsunami Aceh tahun 2004 lalu, kini berhasil menciptakan aplikasi ‘Bisa Top Up’. Dari aplikasi tersebut, keduanya mampu meraup omzet hingga Rp 20 miliar per bulan.

Aplikasi yang mereka buat mirip ‘PayTren’ yang menangani, pembelian pulsa, pembelian paket internet, pembelian token PLN, pembayaran tagihan PLN & PDAM, pembayaran berbagai macam tagihan, pembayaran BPJS, isi saldo GoPay dan lain-lain.

Semua yang sudah mereka dapatkan kini, tentu melalui perjalanan yang panjang. Salah satunya ketika 18 tahun lalu saat bencana alam tsunami yang membumihanguskan Aceh pada 26 Desember 2004. Hal ini tentu masih jelas teringat di kepala Firmansyah Asnawi.

“Saya kan duduk di sofa, di samping saya ada lemari kaca. Tiba-tiba bunyi getarannya kuat. Akhirnya saya panik dan keluar ke jalan,” ujar Firman mengutip dari video wawancara di kanal YouTube Pecah Telur, Kamis (27/1/2022).

“Saat itu gempanya begitu kuat, yang lain pada jongkok, saya dengan pede-nya berdiri. Ternyata, nggak bisa bertahan lama, harus pegang tanah. Benar-benar tanah bergerak banget, susah untuk berdiri. Beberapa kios juga runtuh sendiri,” jelasnya.

Firman bercerita, saat itu dirinya melihat ombak setinggi pohon kelapa yang warna abu gelap pekat, dirinya terus berlari dengan kekuatan penuh untuk menghindari gelombang ombak. Namun ia kalah cepat dengan gelombang dahsyat tersebut.

“Ombak tsunami itu menghantam pagar pelabuhan, jadi saya lihat besar sekali (gelombang ombak), di situ saya langsung lari kencang. Baru 100 meter lari saya langsung ditenggelamkan dengan ombak tsunami,” ujar Firman.

Bencana alam yang terjadi itu, membuat ibu dan kakak Firman meninggal dunia. Sementara itu, ia bersama ayahnya sempat terpisah selama empat bulan sebelum akhirnya bertemu di Pekanbaru.

“Saat di Pekanbaru, saya yakin Allah masih menyelamatkan saya pasti ada hikmahnya. Ini bukan musibah, ini ujian buat saya dan harus saya selesaikan,” katanya.

Menyelesaikan SMA di Pekanbaru, Firman memiliki keinginan lain, yakni kuliah selain di Aceh dan Pekanbaru. Dia belajar dengan giat untuk memenuhi targetnya tersebut.

Firman mendapat beasiswa penuh di jurusan Teknik Informatika Universitas Al Azhar Indonesia dan menjadi wisudawan terbaik kategori akademik pada 2011.

Tak berhenti di situ, Firman juga telah menyelesaikan S2-nya selama tiga semester di jurusan MTI Universitas Indonesia.

Saat ini, ia menjabat sebagai co-founder dan COO pada perusahaan Amanah Corporation yang didirikannya bersama rekan kuliahnya, Muammar Khadafi.

Diawali dengan modal sebesar Rp 5 juta, namun berkat kegigihan dan ketekunan keduanya, aplikasi yang mereka buat kini sudah meraup omzet yang terbilang cukup besar.

Selain itu aplikasi yang mereka buat juga telah mendapat sertifikat keamanan informasi berstandar internasional ISO/IEC 27001, dan Kominfo yang terdaftar sebagai penyelenggara sistem elektronik.

“Pas awal kita bangun modalnya cuma Rp 5 juta, mungkin aplikasi yang lain option-nya lebih besar. Tapi karena disuntik investor, jadi sebenarnya uang investor yang mengalir. Alhamdulillah dari Rp 5 juta sekarang jadi Rp 20 M omzetnya,” kata Firman.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait