URnews

Hasil Survei Buktikan Banyak Anak Muda Nggak Tertarik Pilkada

Shelly Lisdya, Rabu, 25 November 2020 18.48 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Hasil Survei Buktikan Banyak Anak Muda Nggak Tertarik Pilkada
Image: Ilustrasi pemilihan suara. (Pixabay)

Jakarta - Hingga saat ini, masih banyak anak muda yang tidak tertarik dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020  yang dilakukan di Indonesia. 

Hal tersebut terlihat dalam survei jejak pendapat ‘Harapan dan Persepsi Anak Muda di Pilkada’ yang dirilis Warga Muda bersama Perludem, Campaign.com, Golongan Hutan dan Change.org Indonesia.

Survei dilakukan secara daring terhadap 9.087 responden di 34 provinsi. Dan dilaksanakan selama satu bulan antara 12 Oktober hingga 10 November 2020.

Survei disebarkan melalui kanal-kanal media sosial, aplikasi percakapan, website dan email pengguna Change.org Indonesia serta jejaring mitra penyelenggara.

Dari hasil survei tersebut, 27 persen mengaku antusias menyambut pilkada di daerahnya. 52 persen responden mengaku biasa saja dan 14 persen mengaku tidak antusias.

Pun alasan anak muda antusias menyambut pilkada antara lain, yakni 55 persen ingin daerahnya menjadi maju dan berkembang, 26 persen ingin pemimpin yang lebih baik, 13 persen ingin terpenuhinya hak konstitusi masyarakat dan dua persen ingin mempertahankan pemimpin yang ada serta satu persen lainnya.

Bahkan, dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada pemilu 2019 mencatat ada sekitar 60 juta pemilih usia 17-31 tahun, atau sekitar 31 persen dari total pemilih.

Tak hanya itu, di masa pandemi COVID-19 ini, kalangan muda yang menginginkan pilkada tetap dilaksanakan pada 9 Desember 2020 atau ditunda juga hampir imbang.

41 persen ingin pilkada lanjut saja dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, 37 persen ingin ditunda karena masih pandemi, sementara 13 persen tidak peduli.

Sementara itu, pengetahuan kalangan muda terhadap pilkada sebenarnya cukup besar, yakni 80 persen, kendati 14 persen mengaku tidak tahu.

Dari pemahaman terhadap rekam jejak paslon, survei mencatat hanya 19 persen yang paham. Sementara mereka yang tidak paham cukup besar, yakni 43 persen sehingga perlu menjadi perhatian.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait