URstyle

Indonesia Kekurangan 30 Ribu Dokter Spesialis

Urbanasia, Selasa, 11 April 2023 10.45 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Indonesia Kekurangan 30 Ribu Dokter Spesialis
Image: Ilustrasi dokter (Freepik/Snowing)

Jakarta - Kementerian Kesehatan menilai Indonesia saat ini kekurangan 30 ribu dokter spesialis untuk menjamin pelayanan bagi masyarakat. 

Menurut Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Arianti Anaya, pemenuhan jumlah kekurangan dokter spesialis itu memerlukan waktu hingga 10 tahun. 

“Dengan asumsi jumlah penyelenggara program studi dokter spesialis sebanyak 21 dari 92 fakultas kedokteran dengan menghasilkan lulusan spesialis sekitar 2.700 tiap tahun," kata Arianti dalam keterangan tertulis Humas UGM di Yogyakarta yang dikutip, Senin (12/04/2023).

Selain kekurangan, Arianti juga mencatat bahwa sebaran dokter spesialis masih belum merata. Berdasarkan catatannya, 59 persen dokter spesialis ada di Pulau Jawa, sementara daerah lain terbatas. 

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Prof Herkutanto merinci kendala yang dihadapi dalam menambah dokter spesialis di Indonesia.

Menurutnya, kendala paling banyak ada pada sulitnya menyeleksi dan proses program pendidikan dokter spesialis itu sendiri.

"Sama halnya dengan produksi tenaga militer, perlu ada penanganan berbeda dibandingkan pendidikan lain karena ini terkait langsung dengan keselamatan masyarakat dan bangsa," katanya.

Selain itu, Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) Setyo Widi Nugroho menjelaskan bahwa untuk produksi tenaga medis yang berkualitas bukan suatu hal mudah. 

Menurutnya, aspek kredibilitas sangat penting saat peningkatan produksi dokter spesialis.

"Kami terinspirasi dari 'Health Education of England (HEE)' bahwa untuk melakukan suatu produksi, kita harus meyakinkan bahwa jumlah tenaga kerja harus tepat jumlahnya, tepat keterampilannya, dan memberikan pelayanan yang baik, serta mampu beradaptasi dengan teknologi," jelas Setyo.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait