URguide

Ingin Raih Kesuksesan Tepat Sasaran? Praktisi: 'Be Water'

Dyta Nabilah, Rabu, 28 Juli 2021 17.22 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ingin Raih Kesuksesan Tepat Sasaran? Praktisi: 'Be Water'
Image: Adjie Santosoputro Saat Virtual Event Pasar Sakti (Urbanasia)

Jakarta - Hampir setiap orang mengharapkan kesuksesan datang secara cepat. Seringkali, kita tidak menyadari bahwa usaha yang terlalu keras bisa menyakiti diri sendiri. Apalagi, saat situasi pandemi seperti ini, perlu berhati-hati dalam mencapai kesuksesan.

Menurut Pendiri dan Praktisi Pemulihan Batin Santosha Indonesia, Adjie Santosoputro, jangan terlalu terburu-buru agar tidak ada langkah yang salah. Namun, jangan terlalu malas juga untuk berusaha. 

Yang terpenting, jangan sampai harapan yang tinggi tentang kesuksesan itu akan menjadi luka batin. Kita harus belajar menyadari tentang kegagalan yang pahit dalam mencapai kesuksesan. 

Tapi, perlu percaya juga bahwa gagal bukan akhir dari segalanya. Di balik semua kegagalan ada sesuatu yang manis, kita bisa mendapat hikmah dari pengalaman tersebut.

Ketika sedang merasa sulit beradaptasi dengan kegagalan ataupun ketidakpastian, Adjie menyarankan untuk peduli dengan diri sendiri. Sebagai manusia, kita harus mengetahui emosi yang dirasakan. Lalu, harus sadar juga dengan tiap nafas yang berhembus.

"Nafas adalah bagian dari diri kita untuk menemui diri. Itu first stepnya," jelas Adjie saat menjadi pembicara Virtual Event 'Pasar Sakti' pada Rabu (28/7/2021).

Kemudian, untuk bisa terus bertahan, seseorang perlu tanamkan sifat seperti air. Adjie menjelaskan, air adalah benda cair yang bisa beradaptasi dengan segala tempat dan terus mengalir. Berbeda dengan besi yang kuat tetapi bisa patah.

"Kalau kita mau sukses, be water," kata Adjie.

Belajar dari masa lalunya, Adjie tidak ingin lagi berambisi yang berlebihan pada kesuksesan. Dahulu, ia selalu bangga dengan segala kegiatan yang dilakukan. Namun, ia tidak kuat ketika berhadapan dengan banyak masalah seiring bertumbuh dewasa.

"Mental seperti itu ada sisi pahit. Di dalam manis, ada pahitnya. Lulus kuliah berhadapan dengan tuntutan karier, tuntutan keuangan, tuntutan relasi cinta, patah hati, ambyar. Sehingga saya merasa hidup ini kok nggak gini banget?" cerita Adjie.

Ia pun mulai merasa kegelisahan karena ekspektasinya tidak sesuai dengan realita. Dari sinilah ia belajar bahwa ngotot untuk sukses bukanlah hal baik, bisa jadi itu sumber masalah atau racun hidupnya. 

Kesuksesan yang racun itu berdampak pada kesehatan mental. Kita akan sering cemas, sulit mengelola perhatian, selalu ingin lebih, tidak merasa cukup, tidak sepenuhnya hadir saat itu, dan tidak ada kedekatan relasi.

"Dulunya sejak saya kecil mengejar kesuksesan, dapat perhatian, kerja keras itu keren. Begadang semalaman jadi kebanggan, sekarang merasa itu penyiksaan terhadap diri sendiri," jelasnya.

Berbeda dengan orang-orang yang menuju atau mendapatkan kesuksesan manis. Mereka bisa lebih tenang dalam hidupnya, mampu mengelola perhatian, berani merasa cukup, punya kedekatan dengan relasi khususnya keluarga.

Maka dari itu, Adjie memberikan solusi agar luangkan waktu untuk beristirahat. Jangan terlalu menyibukkan diri dengan produktif yang kurang sehat. Menurutnya, manusia perlu belajar dari singa untuk mengelola pikiran. 

"Agar bisa produktif dengan sehat itu belajar jadi singa. Singa itu kalau mangsa di depan dia, tidak langsung diterkam. Dia ngeliat dulu situasi," ujar Adjie.

Lihat dulu apa niat untuk memulai bisnis, berkarya. Lalu, lakukan hal yang paling penting karena bagaimana pun waktu terus berputar dan terbatas. Jangan lakukan segalanya dalam suatu waktu, pangkas beberapa kegiatan.

"Berani mengikhlaskan yang nggak penting," katanya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait