URnews

Kasus COVID-19 di Kudus Naik 30 Kali Lipat, Apa Pemicunya?

Shelly Lisdya, Sabtu, 5 Juni 2021 10.14 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kasus COVID-19 di Kudus Naik 30 Kali Lipat, Apa Pemicunya?
Image: Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito. (Foto: Dok BPMI)

Kudus - Dalam satu pekan terakhir, kasus COVID-19 di Kudus, Jawa Tengah naik 30 kali lipat, hingga mencapai 929 kasus dari semula hanya 26 kasus.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito menyebut, kasus di Kudus saat ini mencapai 1.280 kasus atau 21,48 persen dari total kasus positifnya. 

"Ini adalah angka yang besar jika dibandingkan kasus aktif nasional yang hanya 5,47 persen," ujar Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (4/6/2021).

Alhasil, akibat kasus corona di Kudus yang semakin meningkat, tempat tidur ruang isolasi dan ruang ICU rujukan di COVID-19 tak cukup untuk pasien.

Sejak tanggal 1 Juni 2021, lebih dari 90 persen seluruh tempat tidur terisi. Bahkan, sejumlah pasien COVID-19 di Kabupaten Kudus dirujuk ke Kota Semarang. Sekitar 66 pasien dari Kudus kini tengah dirawat di RS KRMT Wongsonegoro Semarang dan tempat isolasi di Rumah Dinas Wali Kota.

Tak hanya itu, amukan virus corona ini juga menyerang tenaga kesehatan di Kudus, hingga 3 Juni 2021 mencapai 189 orang yang terkonfirmasi positif.

"Dibandingkan angka nasional, di Kudus ini angkanya cukup besar, yang menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Ratio/BOR), ruang isolasi, ICU, mengalami kenaikan tajam," ungkapnya.

Lebih lanjut, Wiku menjelaskan, penyebab lonjakan kasus COVID-19 di Kudus tersebut adalah wisata religi atau ziarah dan tradisi kupatan yang digelar warga, tujuh hari pasca Idul Fitri.

"Lonjakan ini terjadi akibat dampak kegiatan wisata religi ziarah, serta tradisi kupatan yang dilakukan oleh warga Kudus, tujuh hari pasca Lebaran. Hal ini memicu kerumunan dan meningkatkan penularan di tengah masyarakat," terangnya.

Selain itu, Wiku juga menyebut, masih banyak rumah sakit yang belum menerapkan zonasi merah kuning dan hijau, triase pasien COVID-19 dan non COVID-19 serta keluarga pasien.

"Seperti contohnya masih adanya pasien COVID-19 di rumah sakit yang didampingi oleh keluarganya dan keluar masuk wilayah rumah sakit tanpa screening," bebernya.

Untuk itu, Wiku kembali mengingatkan kepada satgas penanganan COVID-19 di daerah lain, khususnya di Jawa Tengah yang mengalami lonjakan cukup parah untuk dapat mengantisipasi sebaran COVID-19. 

"Khususnya mencegah kerumunan kegiatan keagamaan. Dan dimohon agar satgas daerah dapat mengantisipasi tradisi dan budaya di wilayahnya masing-masing, agar kita dapat segera menentukan penanganan dan kebijakan terbaik yang bisa dilakukan, agar kasus tidak meningkat seperti di Kudus," ungkapnya.

"Kami berharap pemerintah daerah segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat, terlebih apabila terdapat kesulitan untuk melakukan penanganan medis," pungkasnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait