Kasus DBD Melonjak, Capai 94.355 Jiwa hingga Minggu Ke-39 2022

Jakarta - Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus melonjak. Menurut Kementerian kesehatan (Kemenkes), kasus ini sudah tersebar di seluruh Indonesia sampai dengan minggu ke-39 tahun 2022, sudah ada 94.355 kasus dengan prediksi akan terus meningkat.
“Sepertinya kita perlu melakukan tindakan-tindakan yang substansial dan penting agar endemisitas bisa kita turunkan,” kata Kemenkes Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P), dikutip dari ANTARA, Senin (17/10/2022).
Imran juga menambahkan bahwa dalam data Kemenkes terkait kasus persebaran DBD hingga minggu ke-39 tahun 2022, Incidence Rate (IR DBD) dengue di tahun 2022, telah mencapai 34,33 persen dengan Case Fatality Rate (CFR DBD) 0.90 persen.
Virus Dengue memiliki macam-macam jenisnya, hanya saja virus dengue yang masuk ke dalam kelompok Arthropod Borne Virus (Arbovirus), terdiri dari empat serotype virus, yaitu DEN-1, DEN-2. DEN-3, dan DEN-4. Kalau di Indonesia sendiri, jenis DEN-3 adalah serotype yang paling mendominasi jika dikaitkan dengan demam berdarah berat dan tipe ini juga paling luas distribusinya.
Rincian sebaran kasus DBD, terdapat di enam provinsi dengan kasus dengue tertinggi sampai dengan minggu ke-39, yaitu:
- Jawa Barat: 27.657 kasus
- Jawa Tengah: 8.760 kasus
- Jawa Timur: 8.356 kasus
- DKI Jakarta: 5.632 kasus
- Sumatera Utara: 5.302 kasus
- Kalimantan Timur: 3.531 kasus
Sementara itu untuk kumulatif kasus kematian akibat DBD sampai dengan minggu ke-39 di 2022 adalah sebanyak 853 jiwa dengan persebaran kasus tertinggi di Jawa Barat 249 jiwa, Jawa Tengah 185 jiwa, Jawa Timur 108 jiwa, Sumatera Utara 29 jiwa, Kalimantan Timur 26 jiwa, dan Sumatera Selatan 21 jiwa.
“Ada satu hal yang menarik bahwa meski angka kasus DKI tinggi, tapi kematiannya nol. Sehingga kita perlu melihat juga bukan hanya masalah prevention, tapi juga diagnosis penanganan kasus sangat penting sehingga kematian karena dengue bisa ditekan,” ungkapnya.
Imran menjelaskan, bahwa DBD ini sebenarnya bisa dikendalikan, yaitu dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) bersama dengan 3M Plus yaitu menguras dan menyikat tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang bekas. Tentunya pengendalian ini haruslah dikerjakan secara bersama, antara pemerintah dengan masyarakat.
“3M Plus juga mencakup memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi dan meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup,” katanya.
Menurut Goh Choo, Head of APAC Medical Affairs Takeda Asia-Pacific, penyakit dengue adalah salah satu ancaman yang berbahaya bagi Indonesia dari aspek kesehatan. Indonesia juga menjadi negara yang sangat terpengaruh akan dengue. Apalagi Indonesia juga menjadi negara dengan wilayah hiperendemis dengue dan ketika memasuki musim pancaroba yang terjadi di bulan Oktober, akan berdampak juga dengan kasus DBD yang semakin naik.
Karenanya, pihak Takeda Asia-Pacific akan membantu pemerintah dengan cara memberikan edukasi kepada masyarakat terkait DBD dan memberikan vaksin Dengue Tetravalen yang telah disetujui oleh BPOM RI untuk mewujudkan zero dengue death di 2030 mendatang.
