URguide

Kenapa Masih Ada Orang Tak Percaya COVID-19? Ini Kata Psikolog

Eronika Dwi, Jumat, 9 Juli 2021 21.17 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kenapa Masih Ada Orang Tak Percaya COVID-19? Ini Kata Psikolog
Image: Ilustrasi Pakai Masker. (Pixabay/coyot)

Jakarta - Pandemi sudah berjalan lebih dari satu tahun di sejumlah negara, termasuk di Indonesia. Namun, masih saja ada masyarakat yang tak percaya akan keberadaan COVID-19

Masih ada masyarakat yang meremehkan dan menganggap virus ini tidak ada meski sudah banyak bahkan ribuan korban meninggal akibat keganasan virus corona

Masyarakat juga masih banyak yang percaya dengan kabar negatif (hoax) dan konspirasi lainnya. Isu yang bisa dikatakan konyol, namun tetap dipercaya oleh banyak orang. 

Termasuk tuduhan bahwa rumah sakit sengaja suntik mati dan merekayasa hasil positif COVID-19 (mengcovidkan) terhadap pasien guna mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Psikologi, Tiara Puspita mengatakan, orang yang tidak percaya dengan COVID-19 termasuk dalam pribadi yang denial.

Menurut Tiara, dalam menghadapi segala urusan pasti ada saja orang yang berbeda pemikiran atau denial. 

Sebab, akan selalu ada orang yang mengabaikan atau menolak fakta yang terjadi di depan mata, terutama ketika situasi tak sesuai yang diharapkan. 

"Perbedaan atau denial pasti selalu ada walaupun sudah jelas-jelas di depan mata, tapi pasti ada beberapa orang yang menolak untuk percaya atau menerima kejadian atau peristiwa yang terjadi saat ini (misal pandemi COVID-19)," kata Tiara dalam URlife yang diselenggarakan Urbanasia pada Jumat (9/7/2021). 

"Nah yang menjadi kendala atau problem buat orang-orang yang denial pada pandemi saat ini adalah dia secara sadar atau tidak sadar, langsung atau tidak langsung bisa memengaruhi kesehatan atau nyawa orang lain. Ini yang jadi problem-nya," sambung Tiara. 

Tiara mengatakan, orang yang denial biasanya karena ia akan merasa lebih aman dengan keangkuhannya itu. 

Jika merasa aman, Tiara melanjutkan, seseorang itu akan tetap menjalani gaya hidupnya dengan pemikiran yang dimiliki sebelum ada pandemi COVID-19. 

"Kan tentunya kalau kita harus beradaptasi dengan pandemi semua serba ribet dong, kaya pake prokes (protokol kesehatan), nggak bisa ngapa-ngapain, kita jadi nggak berani ketemu keluarga, ketemu temen dan sebagainya. Nah perubahan ini juga yang membuat sebagian orang, baik secara disadari atau tidak sedari, berharap untuk tidak mempercayai itu," jelas Tiara. 

"Denial itu bisa membuat mereka menghindari atau menunda memakai masker yang membuat mereka tak perlu khawatir dengan pandemi yang ada, meski kita tahu itu cara yang salah," lanjut Tiara. 

Dikatakan Tiara, faktor lain yang membuat orang denial adalah tak adanya orang terdekat yang terpapar atau terdampak COVID-19. 

Namun, jika tetap denial atau tutup mata meski sudah ada orang terdekat yang terkena, seseorang itu perlu disadari betul. 

"Seiring berjalannya waktu orang harus menganalisa dan mengevaluasi lagi keyakinan, berpikir 'kapan sih saatnya saya perlu betul-betul melihat kenyataan yang ada meski seberapa pahitnya kenyataan itu'," tandas Tiara. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait