URguide

Kisah Mantan Manager BUMN yang Kini Sukses Jadi Peternak Kambing

Shelly Lisdya, Selasa, 15 Maret 2022 17.25 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Mantan Manager BUMN yang Kini Sukses Jadi Peternak Kambing
Image: Didi, peternak kambing perah asal Sleman. (YouTube/CapCapung)

Jakarta - Kisah inspiratif kali ini datang dari mantan manager perusahaan BUMN yang memilih resign dan memutuskan beternak kambing.

Dia adalah Didi, warga Dusun Kemiri Kebo, Desa Girikerto, Turi, Sleman, yang merupakan seorang peternak kambing perah.

Didi memutuskan resign pada 2010 dan kemudian diajak kakaknya untuk beternak kambing.

"Waktu itu saya terbilang memiliki penghasilan yang cukup dan mendapatkan fasilitas yang lebih dari cukup saat berada di perusahaan BUMN. Namun, ada banyak hal yang saya dapatkan ketika saya memutuskan beternak," katanya dikutip dari YouTube CapCapung, Selasa (15/3/2022).

"Hal yang saya dapatkan ketika saya beternak adalah rasa bahagia, rasa syukur, dan rasa merdeka atas hidup kita, karena sebenarnya beternak itu membahagiakan, mensejahterakan, dan sunnatullah, seperti profesi nabi-nabi," lanjutnya.

Didi mulai beternak pada 2012 dengan 70 ekor Kambing Jawa Randu dan satu ekor pejantan Kambing Saanen.

"Kala itu saya awalnya memiliki masalah besar yang saya dihadapi karena tidak memiliki ilmu dan keterampilan. Dan hampir sekitar 30 ekor mati," ungkapnya.

"Kami kemudian belajar secara otodidak. Memang ‘biaya pelatihannya’ jadi sangat mahal, karena kami kehilangan banyak ternak yang disebabkan ketidaktahuan kami. Jadi waktu itu saya kehilangan hampir Rp 18 juta, jika dihitung saat itu harga kambing Rp 600 ribu," bebernya.

Lebih lanjut, Didi mengatakan, dalam beternak kambing perah, salah satu hal yang terpenting adalah genetik. Dan kambing perah terbaik adalah Kambing Saanen sebagai pejantan. Sementara untuk indukan, Didi menggunakan kambing lokal, yaitu kambing sapera.

"Kambing sapera memiliki kelebihan lebih kuat dan adaptif terhadap lingkungan Indonesia dan lebih tahan pula terhadap penyakit. Sapera yang dirawat dengan baik mampu menghasilkan dua liter susu," kata Didi.

Dalam melakukan usaha ternak kambing, Didi pun menyusun formula menu yang disebutnya sebagai empat sehat lima sempurna. 

Pertama adalah Sumber Daya Manusia (SDM), kedua adalah genetik, ketiga adalah sistem perawatan ternak, keempat adalah cash flow atau manajemen keuangan, dan yang kelima adalah marketing.

"Dengan pola seperti itu, hingga kini saya memiliki sekitar 700 ekor kambing ternak perah," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait