URguide

Kisah Pemuda Asal Malang dengan Autisme yang Kini Jadi Pengusaha

Shelly Lisdya, Jumat, 31 Desember 2021 15.42 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Pemuda Asal Malang dengan Autisme yang Kini Jadi Pengusaha
Image: Muhammad Alif Syaifullah bersama ibunya (Humas Pemkot Malang)

Malang - Meski memiliki keterbatasan, seorang pemuda bernama Muhammad Alif Syaifullah yang mengalami gangguan autis kini justru menjadi pengusaha.

Saat ini, warga Perum New Puri Kartika Asri, Kelurahan Arjowinangun, Kota Malang ini telah sukses menjadi wiraswasta atas kerja kerasnya di tengah kekurangan fisiknya yang dideritanya sejak usia tiga tahun.

Muhammad Alif Syaifullah telah memiliki berbagai produk yang dijualnya secara online dan offline dari Waroeng 3 A & Ndutty Food.

Produknya laris tidak hanya di pasar dalam negeri, namun telah merambah ke pasar internasional seperti Australia.

Pria yang berusia 22 tahun tersebut mengaku bersyukur atas segala karunia yang dimiliki selama ini. Pasalnya, selain sudah bisa menempuh studi di Jurusan Teknik Jaringan Komputer, usahanya pun sudah berkembang.

“Banyak produk buatan kami, mulai dari bumbu pecel Malangan, jamu gendong tradisional, bandeng presto, ragam kuliner, catering Ndutty Food, dan jamu instan segar dan sehat,” jelasnya dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (31/12/2021).

Selain usaha kuliner, dia juga mengembangkan usaha jasa, seperti laundry sepatu, bimbingan belajar disabilitas, dan omah ngaji disabilitas. Berbagai usaha ini dikembangkan di tempat tinggalnya.

Ibu kandung Muhammad Alif Syaifullah, Afifah Setyani mengatakan, sebelum Muhammad Alif Syaifullah mandiri dan memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri seperti saat ini, ada proses panjang yang harus dilewati.

Muhammad Alif Syaifullah bukan hanya diketahui autis, tapi juga mengalami gangguan pendengaran, kesulitan bicara, dan tidak bisa berjalan.

“Alhamdulillah setelah kami lakukan terapi dan berulang kali menjalani pengobatan di RSSA Kota Malang, Alif akhirnya bisa membaik dan kini sudah bisa mandiri dan mengembangkan usaha,” ujar Afifah.

Dari pengalaman mendidik Alif, kini Afifah yang pernah mengenyam pendidikan untuk anak-anak autis ini mendirikan sebuah yayasan yang bergerak menangani anak-anak inklusi.

Hal ini dilakukan setelah melihat banyaknya anak-anak inklusi yang masih belum ditangani dengan baik.

“Bahkan karena malu, ada anak-anak inklusi yang tidak dimasukkan di dalam Kartu Keluarga (KK). Inilah yang membuat saya semakin terpanggil untuk menangani anak-anak inklusi,” pungkasnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait