URnews

Lubang Buaya, Saksi Bisu Pembuangan Mayat 7 Jenderal Revolusi

Kintan Lestari, Rabu, 30 September 2020 10.56 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Lubang Buaya, Saksi Bisu Pembuangan Mayat 7 Jenderal Revolusi
Image: istimewa

Jakarta - Tanggal 30 September merupakan salah satu hari bersejarah di Indonesia.

Pasalnya hari ini, 55 tahun lalu, enam jenderal serta satu perwira pertama TNI Angkatan Darat (AD) dibunuh. 

Ketujuh jenderal yang terbunuh adalah Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jendral Raden Soeprapto, Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jendral Siswondo Parman, Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo, serta Lettu Pierre Tendean.

Pembunuhan tujuh jenderal tersebut oleh Pemerintah Orde Baru 'dituding' dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) di bawah pimpinan Dipa Nusantara Aidit atau yang kita kenal dengan D.N. Aidit.

Usai dibunuh, jasad ketujuh jenderal lalu dibuang ke Lubang Buaya. Lubang Buaya sampai saat ini masih jadi saksi bisu peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S).

Lubang Buaya yang berlokasi di Jalan Raya Pondok Gede No.24 Kelurahan Lubang Buaya, kecamatan Cipayung, merupakan sumur dengan kedalaman kurang lebih 12 meter dengan diameter 75 cm.

Di sumur tersebut, jasad tujuh jenderal ditemukan dalam keadaan bertumpuk dan diatasnya ditutupi dedaunan. Di tahun 1965, lokasi sumur tersebut berada di hutan karet yang sepi. 

Proses pengangkatan jasad tujuh jenderal dilakukan pada 3 Oktober 1965, namun karena ada kendala baru tanggal 4 Oktober 1965 jasad para jenderal bisa diangkat.

Jasad ketujuh jenderal kemudian dikuburkan tanggal 5 Oktober 1965 di Taman Makam Pahlawan. Mereka pun dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi. 

Kini Lubang Buaya yang berada di Komplek Monumen Pancasila Sakti jadi tempat wisata sejarah sekaligus ziarah. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait