URedu

Mahasiswa Indonesia di Australia Kesulitan Hidup Gara-gara Beasiswa Tak Cair

Ika Virginaputri, Sabtu, 29 Oktober 2022 13.16 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mahasiswa Indonesia di Australia Kesulitan Hidup Gara-gara Beasiswa Tak Cair
Image: Mahasiswa Indonesia saat audiensi dengan KJRI di Melbourne, Jumat 28 Oktober 2022 (Foto: KOMA/Komite Aksi Untuk Kelanjutan Belajar Mahasiswa Indonesia)

Jakarta - Lebih dari 80 mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di Australia saat ini mengalami kesulitan hidup dan belajar karena beasiswa yang tidak kunjung cair sejak awal tahun 2022. Mereka adalah penerima beasiswa dari Kementrian Agama RI atau yang disebut dengan beasiswa MORA 5000 Doktor-LPDP. 

Secara serentak berbarengan dengan peringatan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 2022, mereka mengadukan kejadian ini ke Konsulperwakilan Pemerintah Republik Indonesia yang berada di seluruh negara bagian Australia (Canberra, Sydney, Melbourne, Perth).

Aksi ini dilakukan karena mereka merasa keterlambatan proses pencairan sudah tidak wajar, sementara komunikasi dengan para pihak sudah dilakukan puluhan kali, termasuk dengan Kementerian Agama dan LPDP. 

“Kami benar-benar dalam kondisi sulit dua tahun terakhir ini, pada tahun 2021 agenda riset kami berantakan karena pandemik yang melanda, untuk itu tahun ini kami terpaksa harus kuliah dengan cara part-time, kuliah sambal bekerja, karena pemerintah belum mentransfer biaya hidup, sementara biaya hidup dan akomodasi di Australia melangit karena krisis global,” cerita Imam Malik Riduan, perwakilan penerima beasiswa di Sydney.

Hal senada juga diungkapkan oleh perwakilan mahasiswa Indonesia di Melbourne, Ahmad Madkur. Kandidat Doktor Deakin University itu bahkan mengatakan bahwa sebagian mahasiswa Indonesia di Melbourne sudah mendapat peringatan keras dari kampus karena belum membayar uang kuliah. 

1667025016-Melb1.jpgSumber: Mahasiswa Indonesia saat audiensi dengan KJRI di Melbourne, Jumat 28 Oktober 2022 (Foto: KOMA/Komite Aksi Untuk Kelanjutan Belajar Mahasiswa Indonesia)

“Dampak dari keterlambatan pembayaran biaya kuliah yang sudah lebih dari satu semester ini membuat sebagian mahasiswa harus mengundurkan jadwal ujian kandidasi, bahkan ada yang mendapat ancaman pencabutan visa,” ungkap Madkur menambahkan penjelasan Malik. 

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Agama sebagai pemberi beasiswa belum menstransfer komponen-komponen beasiswa seperti tunjangan hidup bulanan, uang SPP (tuition fee) dan tunjangan pembelian buku.

Mahasiswa penerima beasiswa Mora 5000 Doktor ini sebelumnya telah berusaha melakukan komunikasi yang baik dengan pihak pengelola dalam hal ini Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama (Diktis) yang kemudian direspon oleh Diktis dengan mengirimkan surat penjelasan kepada pihak kampus bahwa keterlambatan pembayaran SPP kepada universitas di Australia terjadi karena perubahan manajemen pengelola beasiswa.

Kusuma Dewi, Penerima Beasiswa asal Yogyakarta yang saat ini belajar di Western Sydney University menunjukkan sebuah dokumen yang ditanda tangani secara elektronik oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, bapak Ali Ramdhani. Menurut Uma, dokumen tersebut menjelaskan bahwa pengelola beasiswa akan segera membayar tuition fee “no later than 31 October 2022”. 

Ditambahkan Malik, setidaknya ada tiga lembaga Diaspora Indonesia di Australia yang melakukan penggalangan dana untuk memberikan santunan kepada penerima beasiswa yang terdampak buruknya tata kelola beasiswa ini. 

“Kami sama sekali tidak mengajukan santunan itu karena kami menjaga nama baik pemerintah kita. Inisiatif itu datang dari diaspora,” pungkas Malik.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait