URguide

Kisah Umar Syaroni, Tunadaksa Master Komunikasi Peraih Beasiswa LPDP

Suci Nabila Azzahra, Rabu, 5 Oktober 2022 18.29 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Umar Syaroni, Tunadaksa Master Komunikasi Peraih Beasiswa LPDP
Image: Umar Syaroni (Website Kementerian Keuangan)

Jakarta - Kebanyakan orang beranggapan bahwa keterbatasan fisik akan menghalangi seseorang untuk mengenyam pendidikan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Umar Syaroni.

Penyandang tunadaksa di bagian kedua tangannya ini merupakan Awardee Beasiswa Afirmasi Penyandang Disabilitas LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) dan telah berhasil menyelesaikan pendidikan masternya di Universitas Airlangga Surabaya. 

Sejak lahir, pria yang kerap disapa dengan nama Umar ini memang memiliki kondisi yang istimewa.

Umar lahir dengan kelainan pada kedua tangannya. Kedua tangannya dari lengan hingga jarinya memiliki ukuran yang kecil tak seperti orang pada umumnya. Tak ada jari yang lengkap, namun dia masih bisa menggunakannya untuk memegang sesuatu dan menulis.

Umar memang suka berbicara di depan umum. Bukan sembarang bicara, saat di bangku sekolah dia sering menjuarai berbagai kompetisi pidato 3 bahasa (Indonesia, Inggris dan Arab).

Berangkat dari hal tersebut, Umar menyadari bahwa dia mempunyai passion di bidang Ilmu Komunikasi. Tujuan utamanya kembali ke Indonesia memang untuk berkuliah. Pada 2015, dia membulatkan tekad untuk berkuliah di Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya. Dia mengambil jurusan Ilmu Komunikasi yang didambakannya.

"Ilmu Komunikasi punya cakupan yang luas, cocok dengan saya yang suka belajar banyak hal,” terang Umar yang dikutip dari website Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Rabu (5/10/2022). 

Setelah lulus sarjana, Umar mengabdikan diri menjadi praktisi humas dan protokoler di almamaternya itu.

Setelah bekerja, Umar menyadari bahwa masih banyak kompetensi lain yang harus dia pelajari. Namun, biaya kembali menjadi penghalang. Hidup di keluarga yang sederhana membuat skala prioritas untuk melanjutkan studi mungkin berada di nomor sekian.

Bahkan, Umar sempat ingin mengubur mimpi untuk meraih pendidikan S2-nya. Beruntung, mimpinya itu masih bisa dikejar dan berhasil ia raih dengan penuh perjuangan. 

Umar berpesan kepada rekan-rekan penyandang disabilitas bahwa dengan keadaan fisik dan mental yang boleh berbeda, tapi hak dan kewajiban setiap orang itu sama.

Dia mengajak para difabel untuk keluar dari zona nyaman dan mengaktualisasi diri untuk dapat membuktikan bahwa para penyandang disabilitas itu setara. Dia juga mengajak untuk menggunakan kesempatan studi melalui Beasiswa Afirmasi LPDP dan dapat turut serta berkontribusi bagi pembangunan bangsa.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait