URnews

Mahasiswa UGM Kembangkan 'Syncrom', Pendeteksi Kerumunan di Masa Pandemi

Nivita Saldyni, Kamis, 5 Agustus 2021 15.29 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mahasiswa UGM Kembangkan 'Syncrom', Pendeteksi Kerumunan di Masa Pandemi
Image: Syncrom, sistem deteksi kerumunan buatan mahasiswa UGM. (Dok. Humas UGM).

Yogyakarta - Menghindari kerumunan adalah salah satu protokol kesehatan (prokes) untuk mencegah penularan virus Corona. Namun terkadang kerumunan itu masih saja terjadi yang berujung pada pelanggaran prokes.

Prihatin melihat banyaknya pelanggaran prokes di masyarakat, khususnya terkait menjaga jarak dan menghindari kerumunan, lima orang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berinisiatif mengembangkan sistem deteksi kerumunan untuk mencegah penularan COVID-19 yang kemudian diberinama Syncrom, singkatan dari System of Detection and Crowd Mapping.

Lima mahasiswa UGM itu adalah Zulfa Andriansyah, M. Ihsanur Adib, Wahyu Afrizal Bahrul Alam, Malik Al-Aminullah Samansya, dan Najmuddin Muntashir ‘Abdussalam. Kelimanya berasal dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan dibimbing oleh Taufik Hery Purwanto, dosen Departemen Sains Infomasi Geografi, Fakultas Geografi UGM dalam pengembangan Syncrom.

Salah satu anggota tim, Najmuddin pun mengungkapkan bahwa ide pengembangan Syncrom datang dari keprihatian terhadap tingginya pelanggaran prokes. Padahal ketaatan mengimplementasikan prokes sangat penting untuk mencegah penyebaran virus Corona.

“Saat ini masih saja terjadi banyak pelanggaran prokes termasuk soal jaga jarak dan menghindari kerumunan karena pemantauan aparat kurang maksimal," kata Najmuddin seperti dikutip dari situs resmi UGM, Kamis (5/8/2021).

"Oleh sebab itu, kami berinisiatif mengembangkan alat deteksi ini guna memudahkan petugas dalam pemantauan dan segera melakukan penindakan,” imbuhnya. 

Zulfa Andriansyah selaku Ketua Tim Peneliti menambahkan bahwa sistem yang mereka kembangkan ini bisa mendeteksi adanya kerumunan sekaligus menampilkan informasi kapan dan dimana kerumunan terjadi. Sistem yang dibuat berbasis Deep Learning dan WebGIS bahkan bisa menyajikan informasi jumlah massa dan menampilkan visualisasi kondisi di lapangan baik waktu dan tempat terjadinya kerumunan secara near realtime loh.

"Dengan platform ini sistem pemantauan bisa dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam. Data terus diupdate setiap 30 detik,” kata Fakultas Geografi UGM itu.

Menariknya lagi, Syncrom juga dilengkapi dengan fitur peringatan dini adanya kerumunan. Zulfa menjelaskan pringatan itu akan disampaikan melalui pengeras suara secara otomatis. 

Nah untuk cara kerjanya sendiri, Syncrom akan mendeteksi kerumunan melalui input data visual yang diperoleh melalui CCTV lewat web cam yang terhubung dengan komputer lokal yang telah diprogram dengan deep learning untuk mendeteksi keberadaan manusia dan memprediksi kerumunan di suatu lokasi diteruskan ke sistem untuk dianalisis. Kemudian, hasil data bakal dikirimkan ke WebGIS dalam bentuk informasi terkait lokasi, waktu, dan jumlah kejadian kerumunan yang berada di satu lokasi terpantau CCTV. 

“Jika data yang muncul menunjukkan adanya kerumunan maka voice alert akan berbunyi untuk memberikan peringatan,” jelasnya. 

Syncrom sendiri mulai dikembangkan sejak bulan Juni 2021 lalu. Namun saat ini masih dalam tahap pengembangan prototipe.

Zulfa dan tim pun masih menggunakan web cam dan telah mengujicoba alat ini di lapangan. Hasilnya, Syncrom punya akurasi lebih dari 75 persen dalam mendeteksi kerumunan di suatu ruangan.

Rencananya, Zulfa dan tim akan menggunakan CCTV beresolusi tinggi agar hasil lebih akurat. Mereka juga berencana menambahkan fitur text alert untuk mempermudah petugas dalam pemantauan, bahkan saat harus meninggalkan ruang kontrol. Fitur itu nantinya akan mengirimkan informasi kepada petugas melalui SMS atau telegram jika terjadi kerumunan. 
 
“Saat ini belum ada produk yang mengintegrasikan  deteksi kerumunan dengan pemetaan yang juga disertai dengan adanya peringatan dini. Biasanya deteksi kerumunan dengan memakai sensor proximity menggunakan perangkat pengguna seperti smart phone,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait