URnews

Media Sosial dan Online Daerah Kompak Tak Beritakan Kematian Pasien COVID-19

Shelly Lisdya, Rabu, 14 Juli 2021 09.09 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Media Sosial dan Online Daerah Kompak Tak Beritakan Kematian Pasien COVID-19
Image: Ilustrasi bermain media sosial. (pexel.com/pixabay)

Jakarta - Pandemi COVID-19 di Indonesia semakin mengganas, namun berbagai pihak lebih memilih untuk memberitakan corona virus ini hanya yang positif saja. 

Seperti yang dilakukan oleh Asosiasi Media Sosial dan Online Indonesia (AMSINDO) se Kalimantan Timur, melalui Instagram @beritaterkinismr sejak Selasa, 13 Juli 2021 hingga seterusnya sepakat untuk tidak memberitakan kematian pasien COVID-19.

"Asosiasi Media Sosial dan Online Indonesia (AMSINDO) se-Kalimantan Timur, mulai hari ini Selasa 13 Juli 2021 sampai seterusnya, sepakat HANYA MEMBERITAKAN KESEMBUHAN Pasien COVID-19!" tulis caption Instagram @beritaterkinismr sembari mengunggah foto puluhan logo media.

1626228500-beritaterkinismr-InstaUtility--00-CRO3U-3jFYk-11-212696598-1117373625451146-6956273866939116149-n.jpgSumber: AMSINDO

Ternyata tidak hanya media sosial dan online di Kalimantan Timur saja, akun Twitter Geger Riyanto @gegerry juga membagikan beberapa media di Jawa Timur yang hanya memberitakan narasi-narasi positif virus corona.

Beberapa daerah lainnya yang menginginkan untuk tidak mengupload berita COVID-19 adalah Gresik, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Nganjuk dan Purbalingga.

"Toxic positivity at its finest," tulis @gegerry.

Sontak unggahan Geger Riyanto mendapat perhatian netizen. Tak sedikit dari mereka yang menyebut itu hanya keinginan segelintir penguasa. 

"Ada Asosiasinya. Berarti ada yang gerakin mereka. Wah jadi boneka," komentar netizen.

"Sepertinya ada asumsi yang berlebihan mengenai pschye masyarakat, baik dari penguasa + pengusaha maupun media besar. Sense of crisis = kepanikan. Padahal ga gitu kayanya ceritanya. Belum lagi narasi Kebanyakan berita negatif -> imun turun -> mudah terpapar virus," tambah netizen lainnya.

"Padahal setahun kemudian kita tahu, itu cuma akal2 pengusaha kemaruk dan penguasa yang cuma mementingkan kan ekonomi versi-nya pengusaha. Ini menarik untuk dikaji, gimana media berperan dalam penanggulangan pandemi. Tentu ga semua media begitu," tambahnya lagi.

"Positivitas dengan memanfaatkan faktor eksternal seperti ini merusak pikiran. Bisa menghilangkan empati terhadap situasi yg sebaliknya. Kiranya memang sudah sepatutnya harus ditinggalkan. Lebih baik mengandalkan positifitas internal kalau memang ingin menjaga kesehatan pikiran," timpal netizen lainnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait