URstyle

Mengenal Hipospadia, Kelainan yang Dialami Aprilia Manganang

Nivita Saldyni, Rabu, 10 Maret 2021 11.17 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Hipospadia, Kelainan yang Dialami Aprilia Manganang
Image: Ilustrasi bayi laki-laki. Sumber: Pixabay/PublicDomainPictures

Jakarta - Baru-baru ini, publik dibuat heboh dengan pengumuman Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) TNI, Jenderal Andika Perkasa terkait status Aprilia Manganang sebagai laki-laki. Andika menjelaskan, Aprilia mengalami hipospadia, yaitu kelainan pada sistem reproduksi saat dilahirkan.

Nah kira-kira seperti apa sih hipospadia ini sendiri? Apa penyebabnya dan bagaimana gejalanya? Untuk tahu jawabannya, yuk simak penjelasan dr. Andhika Afriansyah, SpU, spesialis urologi berikut ini.

Apa itu Hipospadia?

Andhika menjelaskan, hipospadia adalah kelainan bawaan dari struktur alat kelamin pria urutan kedua yang paling umum terjadi. Di mana, ia biasa terjadi pada 1 dari 200 kelahiran hidup laki-laki. Kelainan ini ditandai dengan berpindahnya letak lubang kencing atau saluran keluarnya urine, kelengkungan penis, serta kulup berlebih di bagian sisi kepala penis.

"Kelainan ini diperkiraan terjadi ketika perkembangan janin terutama perkembangan saluran kemih bawah, yakni pada usia kehamilan 8-20 minggu," kata Andhika dikutip dari blog pribadinya, Rabu (10/3/2021).

Nah sebagian besar bakal mendapatkan penanganan dengan tindakan operasi. Penanganan ini umumnya berhasil dengan pemberian bius modern, alat operasi, jahitan, bahan pembalut, serta antibiotik yang tepat sehingga tak bisa sembarangan.


Penyebab Hipospadia

Hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab di balik munculnya kasus-kasus hipospadia. Namun, Andhika mengatakan ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya hipospadia.

"Diperkirakan faktor genetik, hormonal, serta lingkungan mempengaruhi terjadinya kelainan ini," kata Andhika.

Contohnya terjadi jika dalam keluarga, ayah atau saudara kandung mengalami hipospadia. Atau bisa juga karena gangguan dalam pembentukan hormon testosteron yang mungkin terjadi akibat mutasi pada enzim yang berperan.

"Faktor-faktor tersebut menyebabkan penutupan penis saat pembentukan embrio janin tidak terjadi secara lengkap," imbuhnya.

Namun ternyata ada juga loh faktor lain yang bisa meningkatkan risiko seseorang memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia. Di antaranya usia ibu 35 tahun ke atas, ibu dengan obesitas, wanita yang menggunakan alat atau teknologi tertentu untuk membantu kehamilan, atau konsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan.


Gejala Hipospadia

Menurut penjelasan Andhika, gejala hipospadia biasanya dapat dilihat dari tampilan fisik. Khususnya dengan mengamati kelainan utamanya.

Satu, bukaan saluran kemih (lubang kencing) terletak abnormal, yaitu di area bawah penis hingga skrotum. Dua, penis melengkung. Tiga, penyemprotan urine yang tidak normal. Empat, struktur kulup atau kulit penutup penis abnormal.

"Apabila gejala tersebut tampak pada bayi atau anak laki-laki, jangan ragu untuk segera memeriksakan ke dokter. Jika tidak segera ditangani, hipospadia dapat menimbulkan permasalahan atau gejala saat dewasa berupa kesulitan saat berhubungan seksual, kesulitan buang air kecil dengan posisi berdiri, dan gangguan kesuburan karena gagalnya penis masuk ke dalam vagina," jelasnya.

Hipospadia Bisa Punya Keturunan, Asal...

Lewat penjelasannya tentang hipospadia di drandikauro.id, ia menjelaskan bahwa secara prinsip penderita hipospadia bisa memiliki keturunan. Namun ada catatan nih guys.

"Asalkan tidak ada kelainan lain yang membuat sperma rusak," kata Andhika.

"Tidak terdapat hubungan antara adanya hipospadia dan kualitas sperma," imbuhnya.

Nah bagi penderita hipospadia berat, Andhika mengatakan penis tidak dapat masuk ke vagina. Sehingga saat hubungan seksual, sperma tak dapat tersemprot ke dalam vagina secara maksimal. Untuk itu penting bagi mereka yang mengalami hipospadia harus dioperasi.

"Jadi bukan hanya masalah bentuk penis, tetapi fungsi penis untuk reproduksilah yang penting dan menjadi alasan hipospadia harus dioperasi," tutupnya.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait