URguide

Mengenal Istilah 'Lonte', Arti Kata dan Sejarahnya!

Nivita Saldyni, Rabu, 18 November 2020 12.27 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Istilah 'Lonte', Arti Kata dan Sejarahnya!
Image: Ilustrasi lonte

Jakarta - Istilah lonte mendadak ramai dibicarakan di tengah perseteruan antara Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dan artis Nikita Mirzani.

Kata lonte yang keluar dari mulut Rizieq saat ceramah di panggung peringatan Maulid Nabi di Petamburan, Jakarta, 14 November 2020 lalu itu masih jadi sorotan. Namun sebenarnya apa sih arti kata lonte itu?

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata lonte atau lonté memiliki makna yang berkonotasi negatif. Lonte dalam KBBI berarti perempuan jalang, wanita tunasusila, pelacur, sundal, jobong, cabo, atau munci. Sementara menurut Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia, lonte bisa juga diartikan sebagai wanita nakal. 

Namun sebenarnya dari mana sih asal kata lonte itu sendiri? Mengapa akhirnya ia digunakan untuk menggambarkan sosok wanita 'nakal'?

Nah, kata lonte ini ternyata merupakan serapan dari bahasa Jawa loh. Dalam kamus bahasa Jawa 'Baoesastra Djawa' karya W.J.S. Poerwadarminta yang terbit tahun 1939, lonte berasal dari kata 'lonthé' yang berarti brêm (bngs. kuwawung cilik) atau palanyahan.

Istilah lonte dalam bahasa Jawa lebih mengacu pada hewan sejenis kumbang dan berwarna coklat, guys. Ia biasanya muncul di waktu senja dan suka mengerubungi cahaya dan juga api. Ia juga bisa mengeluarkan bau harum loh. Nah sebutan lonthé ini datang dari masyarakat Jawa Timur, sementara Jawa Tengah menyebut serangga itu dengan nama othé-othé. 

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Jawa banyak menggunakan istilah ini untuk merujuk ke seseorang yang memiliki sifat dan perilaku mirip serangga satu ini. Suka keluar di malam hari, pakai wewangian, dan suka ke tempat penuh gemerlap cahaya malam. Tak heran kalau akhirnya lonte sering disematkan untuk para pekerja di dunia hiburan malam.

Istilah lonte ternyata juga tak asing dalam bahasa Minangkabau loh. Dalam buku 'Sejarah Minangkabau, Loanwords dan Kreativitas Berbahasa Urang Awak' karya Prof. Gusti Anan diketahui bahwa lonte merupakan bahasa Minangkabau yang merupakan serapan dari bahasa Belanda. 

Kata lonte berasal dari kata 'lonn' yang berarti upah dan 'tje' yang berarti kecil atau disayangi. Sehingga kata 'lonntje' dalam bahasa Belanda berarti 'upahan yang disayang'. 

Nah kata ini kemudian resmi digunakan di Minangkabau pada abad ke-19 atau awal abad ke-20, pada masa itu lonte mulai beroperasi di Padang. Ia digunakan untuk menyebut perempuan pelayan laki-laki hidung belang. Lonte sendiri bahkan telah dianggap sebuah profesi pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Para wanita yang disebut lonte itu biasanya diberikan tempat khusu yang disebut rumah bordil. Di sana, mereka didaftar dan dipantau kondisi kesehatannya. Mereka bahkan mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin.

Dari sanalah kata lonte mulai digunakan hingga saat ini. Namun seiring berjalannya waktu, kata lonte kini juga digunakan untuk menyebut perempuan-perempuan yang 'tidak baik' atau nakal.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait