URstyle

Mengenal Proses Kapas Lokal Jadi Pakaian Lewat Pameran Fashion

Anisa Kurniasih, Selasa, 26 April 2022 16.19 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Proses Kapas Lokal Jadi Pakaian Lewat Pameran Fashion
Image: pameran SukkhaCitta, bertajuk ‘KAPAS: Healing Mother Earth, Healing Ourselves’ (SukkhaCitta)

Jakarta - Kampanye isu keberlanjutan atau sustainability pada industri fashion kini semakin bergerak ke arah yang lebih baik. Hal tersebut terbukti dengan maraknya desainer dan pelaku usaha yang terus menggaungkan konsep sustainable fashion

Langkah ini pun dibuktikan dengan berbagai cara salah satunya pameran seperti yang digelar SukkhaCitta, bertajuk ‘KAPAS: Healing Mother Earth, Healing Ourselves’ pada 15 April hingga 15 Mei 2022 di Ashta District 8, Jakarta untuk mengajak para pecinta fashion menelusuri asal usul pakaian dengan kearifan lokal.

Founder dan CEO SukkhaCitta Denica Riadini mengatakan, pameran ini akan memperlihatkan proses penanaman kapas dengan kearifan lokal yakni melalui Tumpang Sari atau menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama agar tanaman-tanaman tersebut dapat bersimbiosis. Proses itulah yang digunakan oleh para perempuan petani dan pengrajin di balik pakaian dari SukkhaCitta.

“Melalui pameran KAPAS ini, kami hendak mengajak masyarakat untuk menyaksikan perjalanan ketika kami diperkenalkan dengan kearifan lokal nenek moyang kita dari petani-petani kapas yang sudah semakin sedikit di Indonesia,”  jelas Denica dalam keterangannya, Selasa (26/4/2022).

Sejak 2016, kehadiran SukkhaCitta telah memberikan dampak pada lebih dari 1.400 kaum perempuan di seluruh Indonesia. Dengan akses pasar yang lebih adil, SukkhaCitta juga telah sukses membangun kesejahteraan masyarakat lewat peningkatan penghasilan dari pengrajin dan petani kecil binaannya sebesar 60 persen.

Tidak hanya itu, pelatihan pewarnaan alam dan daur ulang yang secara konsisten terus dilakukan telah mencegah lebih dari 1,2 juta liter air terkontaminasi dengan limbah beracun, di mana saat ini SukkhaCitta telah meregenerasi 20 hektar tanah gersang melalui program penghijauan dan penanaman hutan serta pertanian regeneratif.

"Mereka menanam kapas seperti menanam hutan. 20 jenis tanaman ditanam bersama supaya mereka bisa bersimbiosis. Dengan begitu, mereka tidak perlu lagi menggunakan obat-obatan kimia untuk pestisida dan pupuknya. Kita juga menemukan bahwa ternyata simbiosis ini justru menyembuhkan tanah," imbuhnya.

"Ini unik banget karena sebenarnya, 99 persen dari kapas yang ada di Indonesia itu sekarang diimpor. Bayangkan kalau kita bisa mengembalikan kembali kapas ke Indonesia karena cara penanaman kapas oleh ibu-ibu ini menarik sekali," sambung Denica.

Co-Founder and Chief of Sustainability Officer SukkhaCitta Bertram Flesch menambahkan bahwa melalui pameran KAPAS, pihaknya juga ingin mengingatkan masyarakat mengenai keberlanjutan atau sustainability bahwa pakaian yang mereka kenakan berasal dari tanah dan harus dapat kembali ke tanah setelah tidak digunakan.

"Tapi itu adalah proses yang sangat panjang. Di KAPAS exhibition kita kasih lihat prosesnya mulai dari farm, bijinya ditanam di tanah sampai jadi pohon kapas, kapasnya diproses jadi benang kemudian ditenun jadi baju, sampai apa yang terjadi setelah baju tidak dipakai lagi," jelas Bertram.

Menurut Bertram, jika pakaian dibuat secara tradisional dan alami seperti menggunakan kapas yang berasal dari pohonnya, maka bisa kembali lagi ke tanah dan menjadi makanan untuk kehidupan selanjutnya.

Berbeda dengan pakaian yang terbuat dari poliester atau bahan kain yang melalui proses kimiawi, Bertram mengatakan pakaian dengan bahan tersebut akan sangat sulit terurai di alam.

"Tapi kita suka lupa kalau baju sekarang banyak yang pakai poliester yang sebenarnya plastik. Plastik bisa aja kita kembalikan ke tanah, tapi tanah enggak bisa menerima," ujar Bertram.

"Jadi kita mau mengingatkan kalau (asal usul) baju itu jalannya sangat panjang dan selalu ada dampak dari apa yang kita pilih, baik itu dampak untuk lingkungan ataupun untuk orang-orang di sekitar," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait