URnews

Mesin Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Diduga Masih Hidup Sebelum Membentur Air

Nivita Saldyni, Selasa, 12 Januari 2021 15.43 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mesin Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Diduga Masih Hidup Sebelum Membentur Air
Image: Tim KNKT memeriksa temuan tim gabungan terkait kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 di Terminal Pelabuhan JICT2 Tanjung Priok, Minggu (10/1/2021). (Instagram @knkt_ri)

Jakarta - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menyebut sistem pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih berfungsi sebelum jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, pada Sabtu (9/1/2021) siang. Bahkan, sistem pesawat itu masih mampu mengirim data.

Berdasarkan data radar (ADS-B) yang dikumpulkan dari Perum LPPNPI (Airnav Indonesia), Soerjanto mengatakan bahwa pesawat SJ 182 itu tercatat mengudara pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.36 WIB dan terbang menuju arah barat laut. Kemudian, pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki dan data terakhirnya mencatat ia berada di ketinggian 250 kaki.

"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki megindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air," jelas Soerjanto saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Selasa (12/1/2021).

Sementara data lain di lapangan yang didapat KNKT dari KRI Rigel adalah sebaran wreckage atau puing-puing yang memiliki besaran dengan lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter.

"Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," pungkasnya.

Dari pencarian yang dilakukan oleh Basarnas, Soerjanto mengatakan bahwa tim juga menemukan bagian mesin turbine disc dengan fan blade. Keduanya diketahui mengalami kerusakan.

"Kerusakan pada fan blade menunjukkan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki," bebernya.

Soal kotak hitam atau black box, Soerjanto menambahkan bahwa pihaknya telah menangkap sinyal flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) dari locator beacon. Lokasinya pun sudah dapat diperkirakan namun kotak hitam belum juga ditemukan dan tim penyelam masih terus melakukan pencarian.

"Dari sinyal yang diperoleh sudah dilakukan pengukuran dengan triangulasi dan telah dilakukan perkiraan lokasi seluas 90 meter persegi. Sejak pagi hari ini, tim penyelam sudah mencari di lokasi yang sudah diperkirakan,” kata Soerjanto.

Sementara hingga saat ini, proses investigasi juga masih terus berlangsung. KNKT pun masih bakal melakukan kegiatan lain, di antaranya melanjutkan pencarian kotak hitam, pengumpulan data pesawat dan awak pesawat, interview dengan pihak terkait dan kegiatan lainnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait