URnews

Nagita Slavina Jadi Ikon PON Papua 2021, Ini Tanggapan Pemerhati Budaya

Nivita Saldyni, Jumat, 4 Juni 2021 08.14 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Nagita Slavina Jadi Ikon PON Papua 2021, Ini Tanggapan Pemerhati Budaya
Image: Penyerahan simbolis ditunjuknya Boaz Solossa Sebagai Duta PON dan Raffi Ahmad serta Nagita Slavina sebagai Ikon PON XX (@raffinagita1717/Instagram)

Malang - Nagita Slavina atau yang akrab disapa Gigi belakangan jadi sorotan publik usai dirinya mengumumkan sebagai Ikon Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua. Banyak pihak menilai penunjukkan istri Raffi Ahmad sebagai salah satu Ikon PON XX Papua kurang tepat.

Salah satunya Dwi Cahyono, sejarawan dan pemerhati budaya dari Universitas Negeri Malang (UM). Kepada Urbanasia, ia mengatakan bahwa bagus jika lokasi PON digelar berpindah-pindah daerah sehingga jauh dari kesan Jawa-sentris apalagi Jakarta-sentris. Untuk itu menurutnya ikonnya pun harusnya mewakili daerah tempat PON diselenggarakan.

“Saya dengan komentar teman-teman artis, termasuk teman-teman Papua itu saya setuju,” kata Dwi saat dihubungi lewat telepon, Kamis (3/6/2021) malam.

“Jadi begini, menurut saya lokasi di mana PON diselenggarakan yang kemudian tidak menetap di suatu tempat atau suatu pulau, itu menurut saya sudah bagus. Tapi jangan jadi blunder lagi,” imbuhnya.

1622691852-nagita-slavina-1.jpegSumber: Nagita Slavina saat mengenakan pakaian Papua. (YouTube Rans Entertainment)

Dengan penyelenggaraan PON yang selalu berpindah itu menurut Dwi membuat ke-Indonesia-an dari acara ini semakin kuat.

“Tapi kalau kemudian Ikon PON-nya (orang) Jakarta lagi kan jadi blunder menurut saya. ‘Jakarta lagi, Jakarta lagi’. Kalau saya, ada baiknya kontennya konten lokal. Jadi nanti jika ingin di Papua, kenapa tidak (menunjuk orang Papua atau mereka yang berdarah Papua)? Kenapa Nagita untuk Papua? Apa dasar pertimbangannya? Ini yang harus clear disampaikan ke publik jadi publik tahu dasar pertimbangannya apa,” jelasnya panjang kebar.

Menurutnya tak ada masalah jika Ikon PON adalah artis, namun setidaknya artis yang dipilih setidaknya menaruh perhatian di bidang olahraga. Lebih bagus lagi, imbuh Dwi, kalau artis tersebut adalah orang Papua.

“Menurut saya akan justru terganggu dengan (ditunjuknya) Nagita. Ya bolehlah artis tapi artis yang ada concern di olahraga. Kalau Nagita, apa? Konsen olahraga-nya juga nggak kelihatan. Toh artis-artis yang lain juga kan ada, misalnya atlet yang dia juga artis atau walaupun bukan olahragawan nasional tapi dia peduli, punya perhatian, itu bagus. Kalau Nagita apa?” ungkapnya.

Untuk menjadikan artis sebagai Ikon PON harusnya ada standar kriteria yang jelas. Namun memang tetap diakuinya bahwa memilih olahragawan atau mereka yang punya perhatian khusus di bidang ini adalah pilihan tepat. Terlebih jika olahragawan ini berprestasi.

“Paling tidak kan ada kepedulian ya. Nah itu yang bagus. Jadi apakah Nagita memenuhi parameter itu? Ya monggo kita nilai bersama,” imbuhnya.

Menunjuk Perempuan Berdarah Papua Sebagai Ikon PON Dinilai Lebih Tepat

Ketimbang Nagita, menurut Dwi memilih artis yang berasal dari Papua atau mereka yang berdarah Papua akan lebih pas. Sebab hal itu akan menjadi kebanggaan sendiri bagi warga Papua, tempat diselenggarakannya PON.

“Yang berdarah Papua kan juga tidak sedikit walaupun tidak sangat banyak jika dibandingkan dengan teman-teman (dari) Ibu Kota. Ya boleh artis Ibu Kota yang berdarah Papua, saya setuju itu,” kata Dwi.

“Saya sih tidak punya kepentingan apa-apa. Kepentingan saya ke-Indonesia-an aja,” tegasnya.

Mempertanyakan Alasan Panitia PON Tunjuk Nagita untuk Bantu Promosi

Ketika diminta tanggapan soal alasan panitia PON yang memilih Nagita dan Raffi sebagai ikon yang tugasnya membantu mempromosikan PON ke masyarakat Indonesia, Dwi pun mempertanyakannya. Sebab menurutnya tujuan promosi PON berbeda ketika kita menjadi tuan rumah dari sebuah acara yang mengundang hadir orang-orang dari luar Indonesia.

1620721263-nagita-slavina.jpegSumber: Nagita Slavina (@raffinagita1717/Instagram)

“Kalau PON itu kan olahraga internal Indonesia, tidak sampai menggelitik orang untuk hadir. Misalnya dari Jawa berbondong-bondong ke Papua. Agak beda kalau Indonesia berkesempatan sebagai tempat penyelenggaraan olimpiade, itu memang punya impact untuk mendatangkan orang dari luar. Kalau PON itu kan internal Indonesia aja. Jadi promosi dalam arti supaya itu dihadiri oleh banyak orang ya saya kira tidak. Apalgi saat sekarang kan tidak begitu tepat, nanti tambah jadi problem protokol kesehatan,” ungkapnya.

Jika pun memang mau menggunakan artis Ibu Kota, Dwi kembali menegaskan bahwa lebih baik memilih mereka yang berdarah Papua atau paling tidak memiliki perhatian khusus bahkan kalau bisa prestasi di bidang terkait.

“Kalau Raffi untuk promosi saya kira masih bisa dipertimbangkan ya. Raffi memang dia juga banyak dipakai untuk promosi yang lain-lain. Tapi menurut saya ada baiknya memang se-promotif Raffi atau tidak sepromotif Raffi tapi paling tidak punya latar Papua lah. Artis-artis penyanyi kan juga banyak yang dari Papua,” jelasnya.

Tak Perlu Diganti, Dwi Usul Ada Tambahan Baru

Dwi pun menyarankan ada baiknya panitia menambah jumlah Ikon PON. Sehingga akan ada beberapa perwakilan dari Papua dalam Ikon PON itu sendiri.

“Mungkin kalau pertimbangan ‘Oh kurang promotif’ yaudah tidak apa-apa ada yang lain tapi (orang) daerah juga dimunculkan. Karena itu kebanggaan daerah, untuk spirit. Prestasi teman-teman Papua di bidang olahraga juga kan tidak sedikit, prestasinya cukup besar di bidang olahraga di samping di bidang-bidang lain seperti kesenian yang juga cukup kuat. Saya kira yang lebih penting lagi itu spiritnya, jadi tidak hanya sekadar promosi,” tegasnya.

Menurut Dwi pemilihan lokasi di beragam daerah ini sudah tepat. Sehingga pemilihan Ikon-nya juga harus tepat.

“Paling tidak (ada penambahan) kalau memang sudah tidak mungkin diganti karena diumumkan sejak April atau ‘Oh Raffi kuat untuk promotif’ misalnya itu, saya kan gak tahu pertimbangannya apa, paling tidak ada Ikon (berdarah Papua) sebagai pendampingnya lah. Ikon kan nggak harus dua orang toh? Bisa sekian orang, lima orang gitu juga nggak apa-apa,” tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait