URnews

Konsep 'Good Looking' di Era Industri, Apakah Termasuk Praktik Diskriminasi?

Fitri Nursaniyah, Rabu, 13 Juli 2022 11.54 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Konsep 'Good Looking' di Era Industri, Apakah Termasuk Praktik Diskriminasi?
Image: Ilustrasi perempuan saat bekerja. (Freepik/rawpixel.com)

Jakarta - Istilah 'good looking' belakangan ramai diperbincangkan karena menjadi salah satu syarat masuk Universitas Brawijaya (UB) program D3 Ekonomi Keuangan Perbankan Universitas.

Menurut Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik UB, Heri Prawoto Widodo persyaratan 'good looking' dimasukkan karena sejalan dengan syarat yang diberlakukan oleh pihak perbankan yang bermitra dengan Universitas Brawijaya.

"Itu dari pihak bank mitra, mereka yang memenuhi syarat akan direkrut oleh pihak bank. Saat ini lowongan pekerjaan di bidang perbankan kerap memberikan persyaratan tambahan kepada pendaftarnya, salah satunya berpenampilan menarik," ujar Heri.

Meski demikian persyaratan 'good looking' atau berpenampilan menarik tetap diperdebatkan oleh masyarakat karena perbedaan pemahaman terhadap istilah 'good looking' itu sendiri.

Menurut Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi, konsep klasik 'good looking' mengartikan bahwa seseorang harus enak dilihat, dalam artian memiliki bentuk fisik dan tubuh yang menarik. Ini adalah konsep seksis yang mana perempuan atau seseorang hanya dilihat sebagai objek.

Konsep 'good looking' berubah seiring dengan perkembangan industri. Perempuan mulai berlomba-lomba mengisi posisi penting di sektor industri. Seseorang yang 'menarik' dianggap mampu meningkatkan keuntungan perusahaan.

"Biasanya konsep 'good looking' di sektor industri ini ditujukan untuk perempuan yang berhubungan dengan masyarakat luas. Misalnya mereka yang kerja di Humas, atau yang bekerja di pemasaran, atau yang bekerja di program-program sosialisasi yang berhubungan dengan masyarakat luas, seperti itu, jadi mereka disyaratkan untuk 'good looking'," ujar Sigit kepada Urbanasia pada Rabu (13/7/2022).

Menurut kacamata Sigit sebagai Sosiolog, konsep 'good looking' yang saat ini dikonsumsi industri mengabaikan dua hal yakni 'brain' dan 'behavior' atau kecerdasan dan perilaku yang baik.

"Di era industri, konsep 'good looking' itu makin mengabaikan 'behavior' dan 'brain'. Hanya menekankan pada aspek 'beauty', itu saja, ini tentu mengecewakan para aktivis perempuan. Artinya laki-laki, perempuan, itu dilihat sebelah mata," tuturnya.

Hal ini lah yang membuat masyarakat sensitif dengan persyaratan 'good looking'. Pemahaman soal 'good looking' di masyarakat berubah, mereka melihat bahwa industri mengabaikan kompetensi. Akhirnya kekecewaan muncul karena beberapa orang merasa dirinya tidak memenuhi syarat.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait