URnews

Menlu Retno di Sidang PBB: Serukan Paradigma Kolaborasi Atasi Tantangan Global

Nivita Saldyni, Selasa, 27 September 2022 16.56 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Menlu Retno di Sidang PBB: Serukan Paradigma Kolaborasi Atasi Tantangan Global
Image: Menlu Retno Marsudi saat berbicara di Sidang Majelis Umum PBB ke-77, di New York, Amerika Serikat, Senin (26/09/2022) pagi waktu setempat. (Dok. Humas Kemlu)

New York - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi serukan perlunya tatanan dunia yang berdasarkan paradigma kolaborasi dalam menghadapi tantangan global dalam Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-77 di New York, Amerika Serikat (AS) pada Senin (26/09/2022) pagi waktu setempat.

“Indonesia menawarkan tatanan dunia yang berbasis paradigma baru. Paradigma win-win, bukan zero-sum. Paradigma merangkul, bukan mempengaruhi (containment). Paradigma kolaborasi, bukan kompetisi. Ini adalah solusi transformatif yang kita butuhkan,” ujar Retno, dikutip dari keterangan resmi.

Menurutnya saat ini kondisi global sangat mengkhawatirkan. Masyarakat dunia tengah dihadapkan dengan pandemi yang berkepanjangan, ekonomi dunia yang masih kelam, perang yang sudah jadi kenyataan, sampai dengan pelanggaran terhadap hukum internasional yang telah menjadi norma untuk kepentingan sebagian.

“Krisis pun datang silih berganti, dari pangan, energi, hingga perubahan iklim. Seharusnya dunia bersatu untuk mengatasinya. Namun sayangnya, dunia justru terbelah sehingga menyulitkan kita berupaya mengatasi kondisi ini,” ungkap Retno.

Oleh karenanya Retno percaya paradigma baru ini sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan global. Berikut empat alasan Retno:

1. Menyalakan kembali spirit perdamaian

Menurut Retno, kurangnya kepercayaan antarnegara (trust deficit) telah memicu kebencian dan ketakutan yang bisa berujung pada konflik. Hal ini terjadi di berbagai belahan dunia.

"Untuk itu trust deficit harus diubah menjadi kepercayaan strategis (strategic trust). Ini harus diawali dengan penghormatan terhadap hukum internasional. Prinsip kedaulatan dan integritas wilayah tidak bisa ditawar. Prinsip-prinsip ini harus senantiasa ditegakkan. Penyelesaian masalah secara damai harus menjadi satu-satunya solusi untuk setiap konflik,” bebernya.

Termasuk juga, untuk membuat terobosan dalam mengatasi isu Palestina dan Afghanistan. Retno menegaskan, Indonesia akan terus bersama Palestina memperjuangkan kemerdekaannya. Indonesia juga berkomitmen membantu memperjuangkan hak dan akses pendidikan bagi perempuan di Afghanistan.

2. Membangkitkan tanggung jawab semua terhadap pemulihan global

Menurut Retno, solidaritas global saat ini sudah semakin menyusut. Hal ini dibuktikan dengan diskriminasi perdagangan dan monopoli rantai pasok global yang terjadi di mana-mana, hingga tata kelola ekonomi global dimanfaatkan untuk kepentingan negara kuat.

“G20 tidak boleh gagal jadi katalis pemulihan dunia. Kita tidak boleh membiarkan pemulihan global tersandera oleh geopolitik,” ujar Retno.

Ia pun menambahkan, paradigma baru dibutuhkan untuk mencapai Agenda Pembangunan 2030. Termasuk juga untuk memerangi perubahan iklim.

3. Memperkuat kemitraan regional

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait