URnews

Peringkat Kemacetan Jakarta Naik ke Posisi 29 Dunia

Tim Urbanasia, Jumat, 24 Februari 2023 16.24 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Peringkat Kemacetan Jakarta Naik ke Posisi 29 Dunia
Image: Ilustrasi macet di Jakarta. (Pixabay)

Jakarta - Indeks kemacetan Jakarta tahun 2022 meningkat. Berdasarkan lembaga pemeringkat lalu lintas kota dunia, TomTom International BV, kemacetan Jakarta berada di posisi 29 dunia, naik dari peringkat 46 pada 2021.

Melansir laman resmi TomTom, Jumat (24/2/2023), perjalanan dengan jarak 10 kilometer di DKI Jakarta rata-rata waktu tempuhnya mencapai 22 menit 40 detik.

Selama pandemi, lembaga ini melakukan pengamatan terhadap jam-jam sibuk berlalu lintas kota di seluruh dunia. 

Hasilnya, kondisi kemacetan jalanan kota di seluruh dunia sepanjang pandemi mengalami penurunan. Namun saat ini, kepadatan lalu lintas sudah kembali seperti sedia kala.

Jakarta menjadi salah satu dari 389 kota di 56 negara yang masuk ke dalam pengukuran indeks kemacetan lalu lintas oleh TomTom pada tahun 2022.

Jakarta dan Manila (Filipina) menjadi dua kota di Asia Tenggara yang namanya tercatat ke daftar 50 besar indeks kemacetan lalu lintas kota seluruh dunia.

Namun jika dibandingkan dengan Manila yang berada di peringkat 9, Jakarta dinilai masih lebih baik. Pasalnya rata-rata jarak tempuh per 10 kilometer di Manila mencapai 27 menit.

Sementara itu, peringkat puncak indeks kemacetan kota dunia ditempati oleh London dengan waktu tempuh jarak per 10 kilometer selama 36 menit 20 detik. 

Untuk posisi indeks kemacetan terendah (peringkat 389) dipegang oleh kota Almere, Belanda. Di sana, jarak 10 kilometer hanya ditempuh dalam waktu 8 menit 20 detik.

Dampak Psikologis Menghadapi Kemacetan

Sehubungan dengan hal itu, psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra mengungkapkan bahwa kemacetan bisa berdampak ke psikologis seseorang.

"Dampak kemacetan adalah fisik dan psikologis. Kelelahan fisik terjadi karena tubuh harus duduk lama menyetir," kata Novi melansir Antara, Jumat.

Seperti contoh, kelelahan fisik itu biasa dirasakan di bagian punggung atau leher. Selain itu kemacetan juga menimbulkan kelelahan psikis pada mental seseorang.

Menurut Novi, terjebak dalam kemacetan ini membuat orang jadi lebih sensitif (emosional) akibat kondisi jalanan yang begitu pada dan tidak jelas. Akibatnya mereka jadi susah fokus.

"Kondisi ini akan mempengaruhi performa keseluruhan. Jika kondisi fisik terganggu, maka asupan oksigen kurang, karena kurang gerak," sambung Novi.

Layaknya pepatah ‘di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat’, Novi menerangkan asupan oksigen cukup penting untuk menjaga pikiran, emosi, dan perilaku.

Jadi perlu adanya rutinitas yang sehat di sela-sela kesibukan, seperti olahraga, pola makan sehat dan teratur, istirahat cukup, hingga meditasi.

"Karena itu semua membantu seseorang menstimulasi syaraf simpatik yang mampu merelaksasi otot dan tubuh sehingga seseorang mampu mengelola dirinya, pikiran, emosinya saat kelelahan," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait