URnews

Satgas IDI Sebut Risiko Penularan COVID-19 di Indonesia Sangat Rendah

Ahmad Sidik, Selasa, 7 Juni 2022 21.32 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Satgas IDI Sebut Risiko Penularan COVID-19 di Indonesia Sangat Rendah
Image: ilustrasi virus corona. (WHO)

Jakarta - Ketua Satuan Petugas (Satgas) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan risiko penularan COVID-19 di Indonesia saat ini sudah sangat rendah jika dibandingkan dengan situasi di negara lain.

"Jadi, data Indonesia dibandingkan dengan data luar negeri, Indonesia amat sangat bagus. Indonesia rangking dunia nomor 40 lebih, rumah sakitnya sepi, positivity rate rendah banget di bawah 3 persen, yang divaksinasi semakin banyak," kata Zubairi Djoerban, dikutip Antara, Selasa (7/6/2022).

Zubairi menyebut per 5 Juni 2022 jumlah kasus baru Indonesia mencapai 388 orang dengan lima orang meninggal. 

"Artinya, setiap hari pada bulan Juni itu jumlah kasus di atas 300 tapi di bawah 400. Jadi memang relatif agak naik sedikit dari dari bulan Mei 2022. Kemudian Indonesia juga pernah 100 kasus baru," ungkapnya.

Jika dibandingkan dengan situasi di luar negeri, kata Zubairi, Korea Utara bisa menembus 600.000 kasus dalam sepekan atau setara rata-rata 90.000 kasus baru sehari. Dan Amerika Serikat di atas 70.000 kasus baru per hari.

Meski begitu, Zubairi mengimbau masyarakat untuk tidak terlena dan tetap waspada.

Di sisi lain, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama menyampaikan sejumlah alasan mengapa dunia masih berstatus pandemi hingga saat ini.

"Perlu ketahui bahwa sampai sekarang dunia masih dalam status pandemi, sebagaimana juga disampaikan Direktur Jenderal WHO pada acara pembukaan World Health Assembly 22 Mei 2022 di Jenewa," jelasnya.

Pertama, hingga akhir Mei 2022 masih ada sekitar 70 negara di dunia yang kasusnya masih meningkat. Di mana pada dasarnya tidak ada yang aman hingga semuanya aman.

Kedua, jumlah tes di dunia jauh menurun, sehingga sulit untuk melihat gambaran epidemiologi yang sebenarnya, kata Tjandra.

Ketiga, menurut Tjandra, dari pengalaman pandemi selama dua tahun lebih maka virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 terkadang tidak bisa diduga, yang mana perkembangannya di masa depan tidak dapat ditebak.

Keempat, sampai Mei 2022 baru ada 57 negara yang sudah memvaksinasi 70 persen populasi penduduk, bahkan ada yang lebih. Semua adalah negara dengan penghasilan tinggi.

"Angka 70 persen dihitung berdasar jumlah total penduduk, bukan berdasar target, sehingga Indonesia pun kalau jumlah yang divaksin dibagi jumlah penduduk, maka angkanya masih di bawah 70 persen, walau kalau dibagi dengan angka target maka memang sudah di atas 70 persen," jelasnya.

Alasan terakhir adalah faktor transmisi yang masih meningkat, di mana potensi penambahan jumlah kematian dan mutasi virus baru mungkin terjadi.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait