URguide

Orang Indonesia Ciptakan Alat Tes COVID-19, Tembus Pasar Eropa

Nunung Nasikhah, Sabtu, 4 April 2020 12.47 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Orang Indonesia Ciptakan Alat Tes COVID-19, Tembus Pasar Eropa
Image: Alat tes cepat COVID-19 Sensing Self yang diproduksi orang Indonesia melalui perusahaannya yang berbasis di Singapura. (ANTARA/HO)

Jakarta - Santo Purnama adalah satu dari anak muda asal Indonesia yang telah berhasil mengembangkan alat tes mandiri untuk mendeteksi virus corona jenis baru penyebab coronavirus disease (COVID-19) hanya dalam waktu 4 bulan.

Hebatnya, inovasi yang ia buat tersebut resmi diproduksi sejak bulan Februari dan telah mendapatkan lisensi edar dari tiga pasar penting di dunia, yaitu Eropa (mendapatkan sertifikasi CE), India (disetujui oleh National Institute of Virology dan Indian Council of Medical Research), serta Amerika Serikat.

Dengan alat tes mandiri tersebut, setiap orang dimungkinkan untuk melakukan pengetesan di rumah masing-masing hanya dalam waktu 10 menit. Untuk harga, satu unit alat tes tersebut dibanderol Rp 160.000.

Mengutip informasi dari Antara (4/4/3030), Santo mengembangkan teknologi pengetesan COVID-19 tersebut melalui perusahaannya, Sensing Self, yang berbasis di Singapura.

Di pasar Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) juga telah memberikan persetujuan bagi alat tes Sensing Self tersebut. Syaratnya, alat tersebut harus digunakan di lembaga medis formal. Sementara India juga telah memesan alat tes cepat Sensing Self sebanyak 3 juta unit.

Nah, kabar baiknya, Santo telah siap membawa alat tes mandiri ini untuk membantu Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi pandemi COVID-19. Hanya saja ia belum mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang.

"Perang melawan COVID-19 adalah perang melawan waktu. Kita harus menekan laju pertumbuhan pandemik ini dengan melakukan tes seluas mungkin. Oleh karena itu, kami berharap pemerintah Indonesia bisa memberikan respons positif bagi inisiatif kami untuk membawa alat tes mandiri ini ke Indonesia," kata Santo, sebagaimana dikutip dari Antara (4/4/2020).

"Jika setiap orang bisa melakukan tes mandiri, kita bisa meminimalisasi risiko infeksi ketika pasien datang ke rumah sakit untuk melakukan tes, serta mengurangi beban tenaga medis yang sudah amat kewalahan,” imbuhnya.

Sensing Self sendiri masih menunggu persetujuan pemerintah untuk mengedarkan alat ini di Indonesia. Padahal pengajuan yang disampaikan sejak empat minggu lalu.

Sebagai perbandingan, badan farmasi Eropa saja hanya membutuhkan waktu 2-3 minggu untuk memberikan persetujuan.

Sementara India hanya menghabiskan waktu satu minggu untuk melakukan uji coba, validasi, dan persetujuan akhir. Pemerintah India langsung memesan jutaan unit alat tes dua hari setelah lisensi diterbitkan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait