URoto

Sensitivitas Kecepatan Jadi Kelemahan Cewek dalam Mengemudi

William Ciputra, Sabtu, 27 Juli 2024 10.49 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Sensitivitas Kecepatan Jadi Kelemahan Cewek dalam Mengemudi
Image: Mitsubishi XForce. (MMKSI)

Jakarta - Kesetaraan gender sudah menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satunya kesamaan kesempatan dalam mengemudi kendaraan seperti mobil.

Saat ini, cewek yang mengemudikan mobil sendiri sudah semakin banyak. Hal ini tentu berbeda dengan beberapa dekade lalu, yang mana cewek mengemudi masih sangat sedikit.

Meski demikian, ada banyak anggapan tentang cara para cewek mengemudikan kendaraan. Seperti stigma ‘sign kanan belok kiri’, cara mengemudi yang asal, hingga minimnya pengetahuan cewek terhadap perawatan mobil.

Brand Ambassador Mitsubishi Motors Indonesia, Rifat Sungkar mengatakan, pengguna jalan raya sebenarnya tidak bisa dibedakan secara gender. Namun antara laki-laki dan perempuan tetap memiliki perbedaan dalam mengemudikan kendaraan.

“Antara laki-laki dan perempuan itu ada perbedaan, terutama mental dan kepekaan,” kata Rifat yang juga Duta Safety Driving Indonesia dalam acara Media Coaching Clinic bersama Rifat Sungkat yang digelar di booth Mistubishi GIIAS 2024, Jumat (26/7/2024).

Menurut Rifat, perbedaan mental ini didasarkan pada bagaimana kedua gender itu saat mengemudi. Laki-laki, kata Rifat, menganggap mengemudi sebagai kewajiban sehingga mereka merasa menjadi leader di mobil.

Hal ini berbeda dengan perempuan. Saat mengemudi, mereka menganggapnya sebagai sebuah keharusan dan tidak menjadi leader.

Dalam kesempatan tersebut, Rifat lantas mengungkap kelemahan perempuan dalam mengemudikan kendaraan, yaitu pada sensitivitas kecepatan.

“Banyak perempuan yang tidak bisa merasakan sedang ada di kecepatan berapa,” katanya.

Rifat lantas menceritakan salah satu anggota keluarganya perempuan yang kurang sensitif terhadap kecepatan. Pasalnya, keluarganya itu akan selalu injak pedal gas secara penuh tanpa mengetahui sudah berapa kecepatannya.

Meski begitu, Rifat menyebut perempuan bisa lebih berhati-hati dalam berkendara karena lebih peduli terhadap kondisi sekitar. Namun dalam hal reaksi, perempuan lebih lama dari laki-laki.

“Kalau laki-laki mungkin 1-2 detik sudah bisa bereaksi terhadap sebuah situasi, tetapi perempuan bisa lebih lama yaitu hampir 5 detik,” imbuhnya.

Pengemudi Paham Cara Kerja Fitur Keselamatan

1722051998-Mitsubishi-XForce.jpegMitsubishi XForce. (Mitsubsihi)

Masih dalam kesempatan yang sama, Rifat juga menekankan pentingnya para pengemudi, baik laki-laki maupun perempuan untuk mengetahui cara kerja fitur-fitur keselamatan yang dibenamkan dalam mobil.

Sebagai contoh adalah Auto-lock Brake System (ABS) dalam sistem pengereman. Menurut Rifat, banyak orang yang tidak mengerti bagaimana fitur ini bekerja.

Suatu hari, Rifat meminta seorang bapak-bapak yang mobilnya dilengkapi ABS. Saat itu, Rifat membuat simulasi jalan pendek di ubin yang sudah diberi air dan sabun agar licin.

Kemudian, bapak si pemilik mobil saat melintas jalur itu langsung injak rem. Lalu si bapak mengatakan bahwa ada masalah dengan remnya.

Apa yang dilakukan si bapak, kata Rifat, menunjukkan bahwa ia tidak mengerti cara kerja rem ABS. Menurut, rem ABS itu ketika dibawa ke jalan yang licin memang akan semakin berat pedalnya dan muncuk suara karena sistemnya berfungsi.

“Saat bunyi, si bapak malah lepas pedal remnya. Kecelakaan bisa terjadi karena fitur kecelakaan bekerja namun pengemudi tidak tahu fungsinya,” papar Rifat.

Bicara fitur, mobil-mobil keluaran terbaru sudah semakin kaya. Salah satunya adalah Mitsubishi XForce yang dalam mode berkendara memiliki 4 mode, yaitu Normal, Wet, Gravel, dan Mud.

Selain itu, XForce juga dilengkapi fitur lain, seperti Active Yaw Control, serta fitur keselamatan ADAS, seperti Active Stability Control, Hill Start Assist, Blind Spot Warning, Rear Cross traffic Alert, dan Auto Light Control.

Selama gelara GIIAS 2024, kamu bisa mendapatkan promo menarik untuk pembelian Mitsubishi XForce, yang nilainya mencapai Rp 60 Juta. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait