URtrending

Pakar Psikologi: Panik Dapat Turunkan Produksi Antibodi dalam Tubuh

Nunung Nasikhah, Rabu, 1 April 2020 15.27 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pakar Psikologi: Panik Dapat Turunkan Produksi Antibodi dalam Tubuh
Image: Pakar psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Muhammad Salis Yuniardi. (Nunung Nasikhah/Urbanasia)

Malang – Melonjaknya kasus coronavirus disease (COVID-19) di Indonesia membuat sebagian orang panik dan bahkan stres.

Kepanikan ini akan bertambah jika orang di sekitarnya diduga atau terdiagnosis terpapar COVID-19. Padahal, dengan panik, tubuh manusia justru mengalami penurunan produksi antibodi lho, guys.

“Kajian psiko-fisioneurologi menunjukkan bahwa stress menghasilkan corticosteroid yang menekan produksi atau jumlah lymphocytes/limfosit atau sel darah putih yang merupakan antibodi kita menghadapi virus atau penyakit. Dengan kata lain, panik dan stress tidak membantu sama sekali selain malah memperburuk keadaan,” ungkap Pakar psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Muhammad Salis Yuniardi, PhD.

Pria yang merupakan Dekan Fakultas Psikologi UMM tersebut menegaskan bahwa dalam menghadapi situasi seperti sekarang ini, seseorang tidak boleh panik. Begitu pula saat yang bersangkutan diduga ataupun didiagnosa terjangkit COVID-19.

Dalam menghadapi kasus ini, Salis mengimbau masyarakat agar tetap menjaga kesehatan, kebersihan, mempelajari seluk beluk virus corona dari sumber terpercaya, mengikuti himbauan dari pemerintah serta mengabaikan berita hoax serta tidak menjadi bagian yang meresahkan masyarakat.

"Kita sendiri bisa mencegah agar virus tidak menyerang tubuh kita dengan mengikuti beberapa pola kesehatan yang sudah dianjurkan. Mengurangi intensitas untuk berlibur dan mengunjungi tempat publik jika tidak ada kepentingan. Memperbanyak menambah pengetahuan dengan membaca penanganan virus tersebut," jelas ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) cabang Malang Raya tersebut.

Tidak hanya itu. Salis juga menambahkan, sebagai masyarakat yang beragama tentunya, masyarakat harus lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Sebab, menurutnya, hal ini bisa membantu untuk mengurangi rasa cemas dan sebagai media untuk menenangkan diri.

"Selain itu, jadikan hal ini sebagai hikmah misalnya sebagai kesempatan untuk lebih belajar hidup sehat dan higienis selain kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga," tegasnya.

Di samping itu, orang tua juga dianjurkan untuk kreatif dalam menciptakan aktivitas di rumah sehingga keluarga tidak merasa jenuh.

“Buat aktivitas-aktivitas bersama keluarga, khususnya agar anak-anak tidak bosan di rumah karena selama dua minggu di rumah dan tidak boleh rekreasi atau ke mall,” tandasnya.

“Makanya orang tua harus memberikan energi positif agar anak tidak merasa bosan," sambungnya.

Ia juga menyarankan pada masyarakat agar mengurangi membaca media sosial (medsos) ataupun informasi yang malah membuat panik.

“Waspada dengan terus menambah pengetahuan penting, tapi tidak menambah panik dengan berita hoax,” jelasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait