URtrending

Kamu Pemudik? Ini Tips Isolasi Diri di Rumah Menurut Pakar Virus

Nunung Nasikhah, Rabu, 1 April 2020 09.18 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kamu Pemudik? Ini Tips Isolasi Diri di Rumah Menurut Pakar Virus
Image: Pixabay

Malang – Pemerintah tengah getol menggaungkan himbauan untuk tidak mudik ke kampung halaman kepada masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar penyebaran coronavirus disease (COVID-19) tak menyebar luas dari kota-kota episentrum ke wilayah pedesaan.

Hanya saja, masih banyak pemudik dari wilayah Jakarta dan kota-kota besar lainnya yang nekat untuk pulang ke kampung.

Karena itu, pemerintah meminta kepada pemudik untuk melakukan isolasi diri selama 14 hari untuk memastikan bahwa dirinya aman dari COVID-19.

Pakar virus dari Universitas Brawijaya (UB) dr. Andrew William Tulle, M.Sc membeberkan cara atau pedoman yang tepat untuk isolasi diri di rumah.

Menurutnya, isolasi mandiri ini bisa dilakukan di rumah sendiri, tanpa memerlukan tempat isolasi khusus lho.

“Karena kalau harus di tempat khusus, belum tentu pemerintah desa bisa menyediakan. Nanti juga pastinya harus ada orang yang secara khusus memenuhi kebutuhan orang yang diisolasi tersebut,” kata Andrew.

Pemudik bisa melakukan isolasi dengan tetap tinggal di rumah di kampung halamannya. Hanya saja, syaratnya memang harus tinggal di ruangan atau kamar khusus.

“Bisa kamarnya sendiri dan meminimalisir kontak dengan penghuni rumah yang lain,” tegasnya.

Menurutnya, perlu ada satu anggota keluarga yang khusus merawat atau membantu pemudik yang sedang isolasi diri tersebut.

“Tapi setiap kali masuk ke kamar harus pakai masker. Kemudian sedapat mungkin kamar mandi yang digunakan juga kamar mandi yang berbeda,” jelasnya.

Hal lain yang harus diperhatikan, menurut Andrew yakni melakukan penyemprotan disinfektan di area yang sering disentuh. Lalu juga tetap menggalakkan hand hygiene atau kebersihan tangan.

“Alat-alat makan dan alat mandi harus pakai alat yang berbeda, tidak boleh berbagi,” tandasnya.

Andrew juga mengakui bahwa banyaknya pemudik yang pulang ke kampung halaman sangat berisiko menularkan virus ke orang-orang terdekat atau yang ada di kampungnya.

“Karena orang yang sudah terjangkit tidak langsung menimbulkan gejala, bisa jadi orang tersebut tidak menyadari kalau membawa virus, akhirnya berisiko menularkan ke orang lain saat tiba di kampung halamannya. Mungkin tidak hanya saat di kampung halaman, tapi selama perjalanan di bus atau moda transportasi lain juga berisiko,” paparnya.

Meski demikian, Andrew mengatakan, gempuran para pemudik yang memutuskan untuk pulang kampung lebih dulu bisa diminimalisir risikonya.

Caranya, pemerintah daerah (pemda) bisa melakukan screening pemudik yang datang dari Jakarta atau daerah lain dengan transmisi lokal.

“Hanya saja kendalanya dimana-mana masalah Alat Pelindung Diri (APD) yang jumlahnya sedikit dan sulit didapat. Tenaga kesehatan yang melakukan screening jadi berisiko,” katanya.

Selain screening, pemda juga bisa melakukan pengawasan terhadap para pemudik setidaknya selama 14 hari sejak kedatangan.

“Bagaimana kondisi kesehatannya. Mungkin bisa dibantu dengan tenaga di Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau kader-kader sesuai wilayah domisili pemudik tersebut,” ucapnya.

"Jika upaya pencegahan transmisi dapat dimaksimalkan kemungkinan perkiraan puncak wabah juga akan bergeser dan wabah virus ini bisa segera berakhir," pungkasnya.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait