URnews

Pakar UGM: Vaksin Merah Putih Potensial Jadi Booster Vaksin COVID-19

Nivita Saldyni, Kamis, 23 Desember 2021 17.09 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pakar UGM: Vaksin Merah Putih Potensial Jadi Booster Vaksin COVID-19
Image: ilustrasi vaksin merah putih (Sekretariat Kabinet RI).

Yogyakarta - Pakar Mikrobiologi Klinik Universitas Gadjah Mada (UGM) Tri Wibawa mengatakan, semua vaksin memiliki potensi untuk dipakai sebagai booster vaksin COVID-19. Hal ini termasuk vaksin Merah Putih yang tengah dikembangkan oleh sejumlah institusi dan perguruan tinggi di Tanah Air.

"Semua vaksin berpotensi sebagai booster, tentunya setelah melalui uji klinis khusus untuk membuktikan keamanan dan hasil gunanya sebagai booster," kata Tri dikutip dari laman UGM, Kamis (23/12/2021).

Namun, Guru Besar Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM itu mengungkapkan ada banyak tantangan dalam pengembangan vaksin, termasuk vaksin COVID-19. Salah satunya, pengembangan yang tak bisa dilakukan dengan cepat karena terdapat banyak proses dan tahapan yang harus dilalui untuk membuktikan kandidat vaksin aman dan berhasil memberikan perlindungan terhadap COVID-19.

Hal itu lah yang tengah terjadi pada pengembangan vaksin nasional Merah Putih yang tengah dikembangkan sejumlah institusi dan perguruan tinggi di tanah air, termasuk UGM.

"Pengembangan vaksin sangat kompleks, untuk sampai tahap uji klinis masih panjang prosesnya. Saat ini kami sedang persiapkan melakukan uji imunogenitas pada hewan coba, " katanya.

Nah untuk melihat efek imunogenitas itu, Tri mengungkapkan tim pengembang vaksin Merah Putih UGM akan menguji kandidat protein ke mencit. UGM sendiri, kata Tri, fokus pada pengembangan vaksin berbasis DNA protein rekombinan dan menggunakan Carbonated Hydroxyapatite (CHA) sebagai adjuvan dalam pengembangan vaksin Merah Putih ini.

"Yang membedakan pengembangan vaskin UGM ini dengan yang lainnya adalah pada platform teknologinya yakni rekombinan protein," jelasnya.

Menurut Tri, setiap platform pengembangan vaksin mempunyai keunggulan dan kelemahan. Namun untuk vaksin yang dikembangkan UGM sendiri, dengan berbasis protein rekombinan maka lebih menjanjikan untuk mengurangi potensi efek samping.

"Dengan platform tersebut juga lebih mudah dalam produksi massal," pungkasnya.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait