URstyle

Pakar Ungkap Tiga Penyebab Reinfeksi COVID-19 pada Penerima Vaksin

Rizqi Rajendra, Selasa, 8 Februari 2022 19.03 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pakar Ungkap Tiga Penyebab Reinfeksi COVID-19 pada Penerima Vaksin
Image: Aktivitas Penipuan Online Vaksin COVID-19 Makin Merajalela (Kaspersky)

Jakarta - Pakar Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkap tiga penyebab terjadinya reinfeksi pada penyintas COVID-19, bahkan yang sudah divaksin.

Artinya, walaupun sudah divaksin atau pernah terpapar COVID-19, ada kemungkinan untuk tetap terinfeksi COVID-19, terutama varian Omicron yang sedang melonjak saat ini.

"Setidaknya ada tiga kemungkinan mengapa seseorang dapat terinfeksi COVID-19 kembali walaupun sudah pernah sakit, bahkan sudah divaksin," kata Prof Tjandra dalam keterangan tertulis di Jakarta pada Senin, (7/2/2022).

Pertama, sejumlah peneliti mengungkap bahwa varian Omicron yang kini muncul mampu menembus pertahanan tubuh yang terbentuk, karena seseorang pernah sakit sebelumnya.

"Ada penelitian yang menyebut dua, tiga, atau lima kali lebih sering. Ada juga penelitian lain yang menunjukkan risiko relatif terinfeksi ulang adalah 6,36 kali pada yang belum divaksin, dan 5,02 kali pada yang sudah divaksin," ujar Tjandra.

Kedua, kata Tjandra, efikasi vaksin COVID-19 yang tersedia saat ini tidak 100 persen melindungi penerimanya dari risiko penularan.

"Orang dapat tetap sakit walaupun sudah divaksin lengkap, bahkan mungkin sesudah dapat booster, karena memang efikasi vaksin tidaklah 100 persen. Jadi masih mungkin akan ada yang sakit, yang disebut breakthrough infection. Derajatnya dinilai dalam bentuk breakthrough infection rate (B-Infection rate)," ungkapnya.

Akan tetapi, pemberian vaksin dua dosis dan diperkuat dengan booster dapat mengurangi tingkat keparahan saat masuk rumah sakit dan jauh mengurangi kemungkinan adanya gejala berat yang dialami.

"Akan amat baik kalau kita di Indonesia juga menghitung angka 'B-Infection rate' dan menyampaikannya ke masyarakat luas," ujar Tjandra.

Faktor ketiga menurut Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu yakni status suseptibilitas atau kerawanan genetika seseorang.

Tjandra mendorong agar Indonesia melakukan penelitian suseptibilitas genetika COVID-19 untuk membuktikan secara ilmiah apakah faktor genetika dapat mempengaruhi reinfeksi COVID-19, karena bukti ilmiah terkait hal tersebut belum terlalu jelas.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait