URstyle

Pandu Riono: Tak Harus 100% Masyarakat Divaksin untuk Hilangkan Virus COVID-19

Eronika Dwi, Selasa, 29 Desember 2020 16.40 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pandu Riono: Tak Harus 100% Masyarakat Divaksin untuk Hilangkan Virus COVID-19
Image: Ilustrasi imunisasi vaksin COVID-19. (Pixabay)

Jakarta - Jubir Vaksinasi Corona dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah menargetkan 107 juta jiwa masyarakat Indonesia yang akan divaksin COVID-19.

Ia juga mengatakan, sudah ada 29 ribu tenaga kesehatan yang akan menjadi vaksinator.

Siti mengatakan, satu orang vaksinator bisa menyuntik 20-40 orang atau dalam satu hari maksimal 1,1 juta orang bisa disuntik vaksin.

Menyikapi hal itu, Ahli Wabah dari Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan bahwa target tersebut tidak akan efektif.

"Mimpi itu sih. Ya, gimana targetkan 1,1 juta orang ya kan susah, realistis aja deh. Kita realistis dengan ketersedian vaksin. Vaksinnya ada tidak, orang yang divaksin ada nggak. Gimana kalau cuman ada 100 ribu yang bersedia atau yang hari itu siap," kata Pandu Riono kepada Urbanasia, Selasa (29/12/2020).  

Menurut Pandu Riono tidak 100 persen masyarakat harus divaksin COVID-19, tergantung efektivitas vaksinnya. Jika efektivitasnya tinggi, mungkin 60 sampai 70 persen penduduk harus divaksinasi secepat-cepatnya.

"Kalau sudah banyak orang yang kebal si virus akan susah mencari korban yang bisa terinfeksi, akhirnya virusnya makin lama makin hilang. Virus COVID-19 ini umurnya pendek, tapi bisa terus hidup selama ada orang yang bisa diinfeksi," paparnya.

Ia juga menyebut jumlah ideal dan realistis penduduk Indonesia yang dilakukan vaksinasi adalah 95 persen.

"Idealis atau efektifnya 95 persen karena tidak semua orang disuntik imunnya langsung terbentuk, ada juga yang tidak. Jadi, kita targetkan setinggi-tingginya," kata Pandu Riono.

Sementara berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai angka 95 persen itu, Pandu Riono mengatakan bahwa hal itu tidak bisa diprediksikan.

"Problem utamanya kan kita nggak punya vaksin. Kita harus siap. Jadi hambatan berapa lama itu tergantung komponen. Vaksinnya udah tiba, terus petugasnya udah siap apa belum gitu," tegasnya.

"Semua sistem pelayanan yang bisa dipakai untuk menjangkau orang-orang yang memang ditargetkan untuk menjadi sasaran yang perlu di vaksinasi udah siap apa belum. Nah, yang paling penting adalah kelompok-kelompok rawan mana saja yang perlu divaksinasi apakah usia tua apakah muda, atau anak-anak itu juga harus dipikirkan bagaimana caranya menjangkau mereka," jelasnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait