URstyle

PB IDI Gandeng Aplikasi D2D Skrining Penyakit Tidak Menular kepada Masyarakat

Putri Rahma, Senin, 14 November 2022 14.34 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
PB IDI Gandeng Aplikasi D2D Skrining Penyakit Tidak Menular kepada Masyarakat
Image: Ketua Tim Mitigasi PB IDI, dr Adib Khumaidi. (Dok. IDI)

Jakarta - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menggandeng pihak swasta untuk lakukan skrining untuk penyakit tidak menular guna meningkatkan layanan yang promotif dan preventif. Hal tersebut juga untuk merayakan Hari Bakti Dokter Indonesia.

PB IDI dan aplikasi Doctor to Doctor (D2D) saling berkolaborasi membantu pemerintah dalam melakukan deteksi dini melalui 'Skrining Nasional Penyakit Tidak Menular'.

Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi menyampaikan bahwa Program Skrining Nasional Penyakit Tidak Menular sejalan dengan prioritas kerja pemerintah di bidang kesehatan yang diarahkan guna peningkatan upaya promotif dan preventif agar meningkatkan akses pada pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

"Kami mengapresiasi Inovasi yang telah dilakukan aplikasi Doctor to Doctor sebagai platform edukasi dan komunikasi rekan sejawat dokter, bahkan saat ini sebagai platform skrining untuk meningkatkan layanan dan akses kesehatan untuk masyarakat. IDI berkomitmen untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan literasi digital tenaga kesehatan di Indonesia dimana salah satunya melalui kolaborasi dengan platform digital D2D," jelas Adib Khumaidi, mengutip ANTARA, Senin (14/11/2022).

Rangkaian program 'Skrining Nasional Penyakit Tidak Menular' berlangsung dari November 2022 hingga Mei 2023, dan melibatkan 5.000 dokter anggota PB IDI di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan secara digital dengan menggunakan aplikasi Doctor to Doctor (D2D) di setiap layanan kesehatan, sebagai bagian dari Hari Bakti Dokter Indonesia ke-115.

Dari rangkaian acara tersebut, pada bulan November 2022 akan digelar webinar sosialisasi kepada para dokter, kemudian pelaksanaan skrining ke masyarakat bakal dimulai Januari hingga Mei 2023.  Selanjutnya, hasil kegiatan melalui webinar ilmiah di 2D2 akan disampaikan di akhir rangkaian Mei 2023.

Adapun masyarakat yang ditargetkan untuk mengikuti deteksi dini penyakit tidak menular adalah sebanyak 115.000 orang.

SeHead of Doctor Pillar PT Global Urban Esensial (GUE) Mohammad Salahuddin menyampaikan bahwa program tersebut adalah bagian dari komitmen D2D dalam rangka memberikan layanan terbaik di dunia kesehatan, khususnya kepada para dokter, masyarakat umum dan seluruh stakeholder kesehatan.

"Melalui kolaborasi dengan anggota IDI, D2D diharapkan dapat memberi kemudahan untuk para dokter di Indonesia dalam melakukan pendataan hasil skrining nasional penyakit tidak menular dan membaktikan diri ke masyarakat, sehingga semakin banyak masyarakat terhindar dari berbagai faktor risiko penyakit atau melakukan pengobatan lebih awal. Dengan program kolaborasi IDI dan D2D ini, kita berharap dapat bersinergi dengan program pemerintah dan membantu penurunan prevalensi PTM di Indonesia," terang Mohammad Salahuddin.

Dokter yang terlibat dalam program kegiatan skrining nasional penyakit tidak menular ini nantinya mendapatkan poin Satuan Kredit Profesi (SKP) dalam ranah pengabdian masyarakat. PB IDI dan D2D juga akan memberikan penghargaan kepada dokter-dokter paling aktif dalam melakukan skrining dilihat dari jumlah masyarakat yang telah diskrining.

Aplikasi Doctor to Doctor (D2D) ini memiliki sejumlah fitur bermanfaat bagi para dokter di antaranya webinar kedokteran, membaca serta permintaan literatur, Continuing Medical Education (CME), fitur berita dan acara kedokteran terkini serta informasi lowongan pekerjaan, Album P2KB serta untuk berdiskusi juga konferensi bersama rekan dokter lainnya.

Melalui adanya beberapa fitur tersebut diharapkan dokter bisa mendapatkan perkembangan terbaru di Ilmu Kedokteran serta peningkatan kompetensi. Aplikasi D2D telah diunduh sebanyak lebih dari 80.000 kali di Google Play Store dan mendapat 4,7 bintang dari para penggunanya.

Berdasarkan dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 41 juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit tidak menular. Di Indonesia sendiri, penyakit diabetes mellitus, jantung, kanker, dan penyakit paru kronis masuk dalam 5 besar penyebab kematian.

Jumlah kasus ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya faktor risiko seperti tingginya asupan gula, garam, dan lemak serta rendahnya aktivitas fisik. Dampak dari penyakit tersebut, BPJS Kesehatan menghabiskan anggaran sebanyak Rp 17,5 triliun pada tahun 2020.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait