Presiden Ukraina Klaim Pembicaraan Damai dengan Rusia Sudah Lebih Realistis

Kyiv - Pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia untuk menyelesaikan konflik terus berlanjut. Disebutkan pembicaraan yang sudah digelar beberapa kali itu sudah lebih realistis.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy mengatakan bahwa pembicaraan damai tampak lebih realistis meski masih membutuhkan lebih banyak waktu untuk sampai pada kesepakatan damai.
"Pertemuan berlanjut, dan saya diberitahu, posisi selama negosiasi sudah terdengar lebih realistis. Tetapi waktu masih diperlukan untuk keputusan agar sesuai dengan kepentingan Ukraina," kata Zelenskiy dalam pidato terbarunya, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/3/2022).
Zelenskiy menambahkan Ukraina siap menerima jaminan keamanan dari Barat yang menghentikan tujuan jangka panjang mereka. Hal itu terkait dengan keanggotaan Ukraina di NATO, yang menjadi salah satu pemicu tindakan Moskow.
Senada dengan Zelenskiy, Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak, mengatakan bahwa pembicaraan dengan Rusia untuk mengakhiri perang berjalan alot. Namun mereka yakin ada ruang untuk kompromi dan memastikan bahwa negosiasi akan berlanjut pada hari ini, Rabu (16/3/2022) waktu setempat.
Di sisi lain, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan terlalu dini untuk menarik kesimpulan dari pembicaraan untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina. Pasalnya, saat ini eskalasi di sekitar Kyiv telah meningkat.
"Pekerjaan ini rumit, tetapi fakta bahwa pekerjaan itu berlanjut adalah hal yang positif," kata Peskov kepada wartawan, seperti dikutip dari Alarabiya News.
“Kami tidak ingin memberikan perkiraan apa pun. Kita tunggu saja hasil nyatanya,” sambungnya.
Sebagai informasi, delegasi Moskow dan Kyiv telah bertemu empat kali dan membicarakan tentang pertempuran yang telah berlangsung hampir tiga pekan sejak Rusia pertama kali meluncurkan aksi militer ke Ukraina.
Invasi Rusia ke Ukraina sendiri dimulai pada 24 Februari 2022. Pertempuran itu dimulai ketika Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan tindakan yang disebutnya sebagai 'operasi militer khusus'.