URguide

Psikolog: Semua Orang Bisa Jadi Korban Brainwash

Shelly Lisdya, Jumat, 16 April 2021 19.28 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Psikolog: Semua Orang Bisa Jadi Korban Brainwash
Image: Ilustrasi mengontrol pikiran. Sumber: Pinterest/we heart it

Jakarta - Kita kerap kali mendengar istilah brainwash atau mempengaruhi cara berpikir seseorang agar mau mengikuti saran atau perintah dari pelaku. Nah, kalian tahu nggak faktor yang mempengaruhi seseorang bisa saja jadi korban?

Dalam URlife yang diselenggarakan Urbanasia pada Jumat (16/4/2021), Psikolog Tiara Puspita memaparkan, bahwa semua orang bisa saja menjadi korban brainwash. 

Hal ini karena informasi-informasi yang diterima dapat mempengaruhi cara berpikir, menilai, dan mengambil keputusan yang kemudian bertindak. Dan secara tidak langsung, apa yang dikatakan oleh pelaku akan dilakukan bertahap oleh korban.

"Orang atau korban itu awalnya nggak sadar, mereka diberikan informasi-informasi menarik. Ini nggak mesti soal teroris ya, banyak kejadian seperti di komunitas atau fanatis tertentu yang akhirnya mereka mengiming-imingi sesuatu yang positif," katanya.

Biasanya orang yang mudah mendapat manipulasi atau brainwash, dijelaskan Tiara, mereka yang cenderung kurang diterima di lingkungannya. Kemudian, ketika mereka masuk di lingkungan tertentu dan merasa cocok, perlahan mulai menarik diri dari sosial.

"Semua orang itu nggak terlepas dari pengaruh brainwash. Dan ketika mereka masuk di grup ini misalnya, mereka akan mudah terjebak dan tertarik untuk mengikutinya karena apa yang diajarkan dari grup ini masuk ke dalam diri kita, oh ini kayaknya cocok deh sama aku," katanya mencontohkan.

Sementara itu, untuk proses brainwash sendiri, dikatakan Tiara tidak serta merta langsung diterima oleh sang korban. Biasanya pelaku akan melakukan proses demi proses, agar sang incaran mengikuti perintahnya.

"Sebenarnya balik lagi ke individu masing-masing ya, apakah mereka bisa berpikir jernih atau engga, karena semakin dewasa kita harusnya bisa mikir oh ini salah dan ini benar," ungkapnya.

"Kemudian proses brainwash sendiri itu nggak langsung instan, ada sesuatu yang dikatakan kepada pelaku agar si korban nurut. Berkaca dari kejadian teroris yang wanita itu, dari kaca psikologis dia itu korban brainwash, dia menarik diri dari lingkungan dan menganggap apa yang dilakukan keluarganya salah, itu bentuk brainwash dari si pelaku," imbuhnya.

Tak hanya itu, ia juga menyebut apabila seseorang yang masuk kategori introvert dan jarang berkumpul dengan sosial bisa menjadi sasaran empuk para pelaku brainwash.

"Biasanya mereka yang cenderung kurang support system hingga ada masalah dengan lingkungannya ini menjadi target pelaku. Tetapi balik lagi ke individu masing-masing," ujarnya.

"Dan yang terpenting, suport sosial itu penting sekali apalagi lingkungan terdekat yang melihat perubahan seseorang ketika menjadi korban brainwash," pungkasnya.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait