URnews

Ramai Modus Afiliator di Trading Binary Option, Ini 2 Tips dari Perencana Keuangan

Nivita Saldyni, Sabtu, 29 Januari 2022 16.45 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ramai Modus Afiliator di Trading Binary Option, Ini 2 Tips dari Perencana Keuangan
Image: Ilustrasi saham. (Freepik/Drobotdean)

Jakarta – Belakangan masyarakat dibuat heboh dengan munculnya model trading binary option yang disebut-sebut menawarkan keuntungan dengan cara yang praktis dan cepat. Apalagi muncul dugaan modus afiliator dalam trading binary option yang kemudian menyeret beberapa nama influencer yang juga dijuluki ‘crazy rich’.

Menanggapi soal hal tersebut, perencana keuangan Aidil Akbar Madjid punya dua pesan untuk kamu yang ingin berinvestasi. Pertama, belajarlah sebelum berinvestasi.

“Belajar dulu yang benar, investasi itu apa,” kata Aidil kepada Urbanasia, Sabtu (29/1/2022).

“Kan sudah berapa kali disebutkan sama banyak orang bahwa binary option itu bukan investasi. Itu tebak-tebakan harga naik turun, katanya. Saya gak tahu karena saya belum coba. Tapi kalau tebak-tebakan harga naik turun berarti bukan investasi dong, itu namanya judi. Kan nebak, sama seperti sepak bola, (menebak) skor-nya berapa. Itu kan judi namanya,” sambungnya.

Selain itu, cerdaslah dalam memilih role model. Pilihlah orang yang tepat sebagai teladan kamu dalam berinvestasi.

“Kedua, cerdaslah. Kita bicara siapa sih sultan-sultan itu dulu, mereka kan nobody. gak ketahuan orang-orang itu yang katanya tajir punya rumah mewah, mobil sport segala macam. Cek background mereka, tiga tahun lalu mereka siapa? Lima tahun yang lalu mereka siapa? Nobody. Kalau nobody terus gak punya track record, mereka bukan konsultan, tidak pernah sekolah, mereka hanya ikut-ikutan dan sebagainya, kenapa yang lain pada mau ikut orang yang seperti itu?” kata Aidil.

Jika tak jelas latar belakangnya, maka jangan menjadikannya sebagai role model-mu dalam berinvestasi. Terlebih menurut Aidil, metode trading seseorang belum tentu berhasil saat diduplikasi oleh orang lainnya.

1595582805-Saham.jpgSumber: Ilustrasi Saham/Freepik

“Misalnya mereka trading saham terus mereka cuan Rp 100 miliar, apakah metode yang mereka lakukan bisa diduplikasi oleh orang biasa? Belum tentu. Kan timing mereka belinya beda, strateginya beda, keuangannya beda, nyalinya beda, harga waktu belinya beda, belum lagi ada unsur keberuntungan di situ. Jadi ketika seseorang sharing dia punya pengalaman dan dia baru main setahun dua tahun, itu bisa dibilang bahwa itu keberuntungan, luck,” ungkapnya.

“Kalau ingin belajar ya belajar sama yang sudah lama seperti Lo Kheng Hong. Lo Kheng Hong itu dijuluki Warren Buffet Indonesia, dia investor saham sudah 25 tahun. Nah yang kaya gitu yang diikuti,” sambungnya.

Namun selain itu, menurut Aidil, hal pertama harus kamu lakukan adalah belajar soal investasi itu sendiri. Kamu juga bisa belajar dari sosok yang jadi role model-mu itu.

“Tapi tetap aja kita harus belajar. Kita harus tahu bagaimana dan kenapa dia sampai pada keputusan beli saham itu. Kalaupun pada akhirnya mau ikutin, yaudah. Lo Kheng Hong beli saham bank digital, masuk. Itu namanya mengikuti buta, tapi yang diikuti role modelnya benar, sudah puluhan tahun trading saham, sudah puluhan tahun jadi investor, bukan anak kemarin sore yang baru setahun dua tahun investasi terus menang cuan puluhan sampai ratusan miliar terus dianggap sebagai dewanya anak muda terus diikuti strateginya,” jelas Aidil panjang lebar.

“Balik lagi ke masyarakat umum, intinya adalah riset. Do your own research. Cek dulu, googling dulu. Dari situ kan bisa langsung kebaca orang ini background-nya apa,” pungkasnya. 
 

--

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait