URtrending

Ramai Orang Persiapkan Lebaran, Dokter Tirta: 7 Hari Usai Lebaran RS Kolaps!

Healza Kurnia H, Kamis, 21 Mei 2020 00.55 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ramai Orang Persiapkan Lebaran, Dokter Tirta: 7 Hari Usai Lebaran RS Kolaps!
Image: @dr.tirta/Instagram

Jakarta - Fenomena orang-orang bepergian atau masyarakat yang memenuhi mal atau pusat perbelanjaan tak hanya membuat geram banyak netizen dan juga publik Indonesia.

Dokter Tirta, salah satu relawan dokter yang turut berjuang dalam membantu penanganan virus COVID-19 di Indonesia juga buka suara dan merasa geram dengan fenomena itu.

"Bayangkan, hari ini, hingga saat ini pertumbuhan angka positif menjadi satu-satunya rekor tertinggi di Indonesia, mencapai 690-an orang. Ini di luar sana, di lapangan, orang-orang masih leha-leha menyiapkan kebutuhan lebaran. Di sini tim medis mati-matian nggak ketemu keluarga," ungkapnya dalam sesi webinar Diskusi Terbuka Pemuda Indonesia "Bangkit Untuk Masa Depan" pada Rabu malam (21/5/2020).

Dalam kesempatan tersebut, dokter Tirta juga mengaku bahwa di lapangan, saat ini banyak orang-orang yang memang mengalami sebuah keputusasaan.

"Mau sampai kapan kita melakukan donasi, mau sampai kapan pandemi ini berakhir, dan mau sampai kapan seperti ini. Tolong patuhi lah instruksi dari presiden," jelasnya.

Ia menilai bahwa sebenarnya keputusan yang diambil oleh pemerintah khususnya Presiden sudah benar. Tapi, komunikasi yang terjadi antar lini kementerian dan jajaran di bawahnya tidak ada yang satu suara.

"Yang terjadi justru sering munculnya berbagai pernyataan yang membuat bingung masyarakat. Si A ngomong apa, si B ngomong apa, akhirnya gak ada yang linier atau satu suara," bebernya.

Sehingga, yang menjadi korban, menurut dia, dokter, polisi, hingga relawan yang berada di garis terdepan harus dibenturkan dengan masyarakat.

"Bisa kalian bayangkan semua yang ada di diskusi online ini, bayaran tenaga medis tidak seperti yang dibayangkan. Dibayar mulai 750 ribu per bulan hingga 1 juta rupiah, tidak boleh bertemu keluarga dan selalu mengenakan pakaian hazmat yang gerah. Tapi di lapangan, kita selalu dicaci maki," katanya sambil menahan rasa sedih.

Menurutnya, sebagai tim relawan medis, ia dan rekan-rekannya merasa sedih dengan fenomena yang terjadi sekarang. Banyak orang pun terkesan menyepelekan virus ini.

"Kalo masih saja terjadi seperti ini, bandara dibuka, pasar masih ramai. Saya berani pastikan tujuh hari setelah lebaran rumah sakit di Indonesia akan kolaps. Mereka akan kekurangan faskes, kekurangan tenaga medis, kekurangan bahan obat, minimnya persediaan tempat tidur, penuhnya orang masuk rumah sakit, hingga kekurangan biaya untuk membayar tenaga medis. Bisa kalian pikir sendiri bagaimana akan semrawutnya rumah sakit saat itu," tegas dia.

Dalam diskusi tersebut, ia pun menyarankan beberapa solusi yang bisa dilakukan pemerintah agar pandemi COVID-19 ini berakhir. Seperti misalnya stop arus balik ke Jakarta, lakukan penyaluran bantuan sosial dari tempat-tempat ibadah, gunakan fasilitas apapun yang ada termasuk media dalam mengedukasi COVID-19 kepada masyarakat, hingga membuat klaster-klaster bagi orang-orang yang berusia di atas 45 tahun agar kondisi mereka terjaga.

"Jika memang yang berusia di bawah 45 tahun harus bekerja untuk menyambut sebuah kenormalan baru, jangan biarkan orang tua tetap di rumah. Mereka justru yang memiliki kerentanan terhadap infeksi virus ini. Lakukan karantina selama 21 hari supaya orang-orang bisa menciiptakan sistem kekebalan tubuh sendiri," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait