URnews

Sejarah Singkat Lembaga Eijkman yang Kini Melebur dengan BRIN

Nivita Saldyni, Minggu, 2 Januari 2022 12.43 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Sejarah Singkat Lembaga Eijkman yang Kini Melebur dengan BRIN
Image: Gedung Eijkman yang berlokasi di Jalan Pangeran Diponegoro No. 69, Senen, Jakarta Pusat. (Eijkman Institute)

Jakarta - Hampir tiga dekade beroperasi, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman kini telah melebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Setelah bergabung dengan BRIN, namanya berubah menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman.

Selama perjalanannya, PRBM Eijkman mengalami beberapa kali perubahan nama. Lembaga ini juga sempat vakum cukup lama setelah ditutup pada tahun 1965. Hingga akhirnya pemerintah kembali membukanya di tahun 1992.

Cikal bakal PRBM Eijkman sendiri adalah munculnya laboratorium kedokteran (Geneeskundige Laboratorium) atau the Central Laboratory of Public Health Service pada tahun 1888. Lembaga riset itu didirikan di Rumah Sakit Militer (sekarang Rumah Sakit TNI AD Gatot Subroto Jakarta) oleh pemerintah kolonial Belanda.

Pendirinya dikenal sebagai peneliti terkemuka dari Belanda saat itu, dr Christiaan Eijkman. Ia tercatat sebagai direktur pertama dari Geneeskundige Laboratorium yang bekerja dalam penanganan wabah penyakit di Indonesia kala itu.

Dilansir dari akun Twitter resmi Eijkman Institute, penelitian awal Eijkman di Geneeskundige Laboratorium menghasilkan penemuan besar mengenai hubungan antara defisiensi vitamin B1 dan beri-beri. Berkat penemuannya itu, ia mendapat hadiah Nobel pada tahun 1929.

Geneeskundige Laboratorium yang awalnya beroperasi di Rumah Sakit Militer itu kemudian di pindahkan ke Jalan Pangeran Diponegoro No. 69, Senen, Jakarta Pusat. Pemindahan itu dilakukan di bawah arahan dr Gert Grinjs selaku direktur kedua.

Gedung LBM Eijkman yang berada di Jalan Pangeran Diponegoro itu sendiri ternyata merupakan bangunan bersejarah loh, Urbanreaders. Bangunan itu dirancang oleh arsitek Belanda, H. Von Essen yang dibangun khusus untuk Geneeskundige Laboratorium sebagai Laboratorium voor Pathologische Anatomie en Bacteriologie (laboratorium penelitian patologi anatomi dan bakteriologi) dan diresmikan pada tahun 1916.

Pada hari jadinya ke-50 di tahun 1938, Geneeskundige Laboratorium kemudian di tunjuk menjadi Laboratorium Pusat Kedokteran (Centraal Geneskundige Laboratorium). Kemudian laboratorium riset itu berganti nama menjadi Eijkman Instituut, ‘Institut Eijkman: Laboratorium Pusat untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat’.

1641101603-peneliti-eijkman.jpegSumber: Peneliti di PRBM Eijkman. (Eijkman Institute)

Sejak saat itu, Lembaga Eijkman menjadi pusat penelitian kedokteran tropis terkemuka dunia. Lembaga riset itu diketahui telah melahirkan beragam penemuan besar. Mulai dari ilmu vitamin dan kedokteran tropis (Eijkman C, 1890), awal mula penelitian kedokteran di Indonesia (Grinjs G, 1901), isolasi vitamin pertama (Jansen BCP dan Donath WF, 1927), dan cikal bakal uji klinis (clinical trial) di Indonesia (Cohen AJ dan Azir, 1932). Pada masa-masa itulah puncak kejayaan bagi Lembaga Eijkman.

Empat tahun berlalu, Eijkman Instituut dipimpin oleh direktur baru. Ia adalah dr Achmad Mochtar yang merupakan orang Indonesia. Mochtar tercatat menjabat sebagai Direktur Eijkman Instituut pada tahun 1942 dan menjadi orang Indonesia pertama yang menjabat posisi itu.

Sayangnya kepemimpinan Mochtar tak bertahan lama dan harus berakhir dengan tragis. Pasalnya pada 1944, sejumlah dokter dan peneliti di lembaga riset itu ditahan oleh tentara Jepang karena dituding melakukan pencemaran vaksin tetanus. Untuk menyelamatkan nyawa rekan-rekannya itu, Mochtar akhirnya dieksekusi oleh tentara Jepang.

Dalam perjalanannya, Lembaga Eijkman sempat ditutup ada 1965 karena dinamika politik dan ekonomi setelah kemerdekaan Indonesia. Lembaga itu juga diketahui sempat melebur ke dalam RS Cipto Mangunkusumo hingga akhirnya dibuka kembali pada 1992 melalui inisiatif BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi.

Berdasarkan Keputusan Pemerintah, Lembaga Eijkman akhirnya dibuka kembali melanjutkan sejarah besar menjadi lembaga penelitian biologi molekuler di Indonesia. Sejak saat itu lembaga riset ini dipimpin Profesor Sangkot Marzuki, ahli biomolekuler lulusan University of Monash, University Australia.

“Lembaga Eijkman mulai beroperasi pada 1 April 1993 dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada 19 September 1995 dengan nama Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBM Eijkman),” cuit akun Twitter @eijkman_inst seperti dikutip Urbanasia pada Minggu (2/1/2022).

Sangkot sendiri diketahui menjadi direktur Lembaga Eijkman hingga 2014. Kemudian Lembaga Eijkman dipimpin oleh Amin Soebandrio pada 2014 – 2021.

LBM Eijkman sendiri selama ini berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Kemenristek). Kemudian pada 1 September 2021, lembaga yang bergerak di bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran ini terintegrasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kini, lembaga riset itu telah berubah nama menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait