URtainment

Selingkuh 'Penyakit' Kambuhan, Benar Nggak Sih?

Itha Prabandhani, Rabu, 17 Juni 2020 09.15 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Selingkuh 'Penyakit' Kambuhan, Benar Nggak Sih?
Image: Pixabay/Tumisu

Jakarta - Urbanreaders pasti pernah dengar kan ungkapan “Once a cheater always a cheater”? Ungkapan ini biasa digunakan untuk menggambarkan bahwa orang yang pernah sekali berselingkuh suatu saat akan berselingkuh lagi.

Tapi bener nggak sih kalau selingkuh adalah “penyakit” kambuhan yang nggak bisa “disembuhkan”?

Perselingkuhan Cenderung Berulang

1592357722-selingkuh.jpg

Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal Archives of Sexual Behaviour, menyatakan, orang yang sudah pernah berselingkuh, punya kecenderungan tiga kali lipat lebih besar untuk berselingkuh di hubungan selanjutnya. 

Kencenderungan ini tidak sama dengan orang yang setia pada pasangannya dan belum pernah berselingkuh.

Selain itu, penelitian yang melibatkan 484 responden tersebut juga menemukan adanya hubungan antara pengalaman diselingkuhi dengan tingkat kepercayaan pada pasangannya. Orang yang pernah diselingkuhi, cenderung kurang mempercayai pasangannya sekarang. 

Dipengaruhi Kinerja Otak

1592357746-selingkuh2.jpg

Perselingkuhan yang terulang bukannya tanpa alasan, guys. Orang yang pernah berselingkuh biasanya juga membohongi pasangannya. Saat kita terlalu sering berbohong, otak kita akan menjadi “terbiasa” dengan kebohongan.

Menurut sebuah studi dari Neture Neuroscience, berbohong meskipun hanya kebohongan kecil, akan membuat otak kita makin terkikis sensitivitasnya terhadap emosi negatif. Kondisi ini akan mendorong kita untuk melakukan kebohongan yang lebih besar di masa mendatang.

Urbanreaders ingat nggak, sewaktu kita masih anak-anak, saat berbohong pada orang tua, kita bakal merasa sangat deg-degan, takut, dan gelisah. 

Namun, seiring bertambahnya usia, kita lebih banyak melihat kebohongan di sekitar kita dan mungkin juga melakukannya, sehingga rasa takut itu pun memudar. Nah, seperti inilah kinerja otak kita dalam merespons kebohongan yang kita lakukan.

Bagian otak bernama amigdala, yang mengatur tentang emosi, akan bereaksi saat kita mengatakan kebohongan. Namun, para peneliti menemukan bahwa semakin sering kebohongan dikatakan berulang-ulang, reaksi amigadala pun juga ikut melemah.

Begitu pula saat perselingkuhan dilakukan, guys. Saat pertama kali berselingkuh, sensasi rasa takut, khawatir, merasa bersalah, atau deg-degan, akan sangat tinggi. 

Namun, saat perselingkuhan berulang untuk kesekian kalinya, amigdala dalam otak akan mulai beradaptasi dengan situasi itu dan menjadi “terbiasa”. Akibatnya, secara sadar kamu akan makin tidak merasa bersalah setelah melakukan perselingkuhan.

Cowok dan Cewek Sama Aja

1592357801-selingkuh3.jpg

Di samping itu, peneliti dari Universitas Indiana di Amerika Serikat mengatakan, di era tahun 90an, cowok lebih banyak melakukan perselingkuhan.

Saat ini, tidak ada perbedaan mencolok antara cowok dan cewek dalam hal berselingkuh. Alias, cowok dan cewek sama aja kemungkinannya untuk berselingkuh. Duh!

Para peneliti juga menyebut bahwa faktor utama yang sering muncul sebagai alasan perselingkuhan adalah masalah keuangan, masalah seksual dengan pasangan, serta merasa tidak bahagia dalam hubungan.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait