URedu

Seperti Apa Kebijakan Pendidikan Kedokteran di Era New Normal?

Nunung Nasikhah, Senin, 8 Juni 2020 12.40 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Seperti Apa Kebijakan Pendidikan Kedokteran di Era New Normal?
Image: Mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Padjajaran. (unpad.ac.id)

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menyiapkan kebijakan pendidikan kedokteran pada era new normal atau normal baru.

Kebijakan tersebut tertuang dalam surat edaran (SE) mengenai kebijakan penyelenggaraan pendidikan tinggi di era kenormalan baru.

Salah satunya yakni kebijakan kenormalan baru dalam pendidikan kedokteran yang selama ini dilakukan secara fisik di laboratorium, sekarang bisa dilakukan secara virtual reality (VR) untuk memberikan pengalaman praktik.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Nizam mengatakan, pihaknya mengapresiasi peningkatan produktivitas pada lini kedokteran dan kesehatan, yang mengalami peningkatan secara signifikan dalam bidang publikasi ilmiah.

“Saya sangat bangga dan apresiasi kolaborasi dosen dan mahasiswa lintas keilmuan telah menghasilkan berbagai produk kesehatan untuk memerangi COVID-19 seperti test kit, UV sterilisasi, robot ners, swab chamber, dan produk kesehatan lainnya," kata Nizam, sebagaimana dikutip dari Antara (7/8/2020).

Menurutnya, pola pendidikan yang berjalan saat ini merupakan pendidikan yang sudah berjalan sejak abad pertengahan lalu bertransformasi menjadi pendidikan pada abad industri dan menuju pendidikan 4.0 untuk memberikan ruang pembelajaran yang luas bagi mahasiswa.

Ia menambahkan bahwa pendidikan di Indonesia 20 tahun yang lalu pernah mendorong perguruan tinggi untuk menjalankan pembelajaran secara daring seperti saat ini, namun gagal direalisasikan.

"Transformasi pendidikan yang terjadi belakangan ini sungguh sangat luar biasa. Virus COVID-19 memaksa untuk seluruh aktivitas pembelajaran perguruan tinggi dilakukan secara daring," tutur Nizam.

Oleh karenanya, transformasi tersebut perlu mendapatkan dukungan dan perubahan, seperti membangun literasi baru seperti literasi data, literasi teknologi, literasi manusia, dan pembelajaran berbasis pengalaman.

Hal tersebut untuk meningkatkan kemampuan manusia pada abad industri 4.0. Dengan begitu, manusia akan mengalami peningkatan pada aspek kreatif, kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kasih sayang.

Kemendikbud sebelumnya juga melibatkan mahasiswa kedokteran dalam penanganan COVID-19 dengan program relawan COVID-19 sehingga mahasiswa dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan mendapatkan penilaian capaian pembelajaran yang bisa di konversi ke dalam SKS atau stase rotasi klinik.

“Program relawan ini perlu dukungan dari AIPKI wilayah untuk berkoordinasi dengan tim gugus tugas wilayah dan dinas kesehatan dalam menjaring masyarakat yang perlu pendampingan relawan," pungkas Nizam.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait