URstyle

Singgung Vaksin COVID-19, Ini Penjelasan Dokter IDI soal Penyakit Justin Bieber

Itha Prabandhani, Minggu, 12 Juni 2022 09.40 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Singgung Vaksin COVID-19, Ini Penjelasan Dokter IDI soal Penyakit Justin Bieber
Image: Justin Bieber didiagnosa menderita Ramsay Hunt Syndrome (Foto: Marca)

Jakarta - Penyanyi Justin Bieber telah didiagnosis menderita penyakit Ramsay Hunt Syndrome, yang menyebabkan kelumpuhan di separuh bagian dari wajahnya. Akibat penyakit ini, para Beliebers pun mesti kecewa karena sejumlah konsernya dibatalkan. Apakah penyakit ini ada hubungannya dengan vaksin COVID-19?

Menurut Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Profesor Zubairi Djoerban, Ramsay Hunt Syndrome adalah suatu kondisi yang disebabkan reaktivasi virus Varicella-zoster virus (VZV), yaitu virus sama yang menyebabkan penyakit cacar air dan cacar ular (herpes zoster) pada anak.

Sindrom ini telah menjadi penyebab 12% kasus kelumpuhan wajah, dengan prognosis yang lebih buruk ketimbang Bell's palsy (kelumpuhan salah satu sisi otot wajah sehingga wajah tampak melorot).

Profesor Zubairi juga menyebutkan bahwa virus ini kebanyakan menyerang orang dewasa. Tanda awal yang sering muncul pada penderita sindrom ini antara lain berupa ruam kecil, serta kelemahan pada sisi wajah yang terkena virus, dan hilangnya ekspresi wajah.

Selain itu, penderita juga mungkin merasakan sakit pada gendang telinga, sehingga mengalami gangguan pendengaran di satu sisi, kesulitan menutup salah satu mata, serta adanya kelumpuhan pada satu sisi muka, dan vertigo.

Justin sendiri melalui unggahan Instagramnya juga menunjukkan gejala-gejala serupa, yaitu kesulitan menutup sebelah matanya, tidak bisa menggerakkan sebelah cuping hidungnya, serta kehilangan ekspresi senyum pada sebelah wajahnya.

Terkait dengan kabar yang beredar bahwa sindrom ini ada hubungannya dengan vaksin COVID-19, Profesor Zubairi menegaskan bahwa belum ada bukti kuat yang mendukung pernyataan tersebut.

“Belum ada bukti (bahwa Ramsay Hunt Syndrome disebabkan oleh vaksin COVID-19),” ucap Profesor Zubairi melalui cuitan di akun Twitternya seperti dikutip Urbanasia, Minggu (12/6/2022).

Lebih lanjut, Dokter Spesialis Penyakit Dalam ini juga menyebutkan bahwa penanganan Ramsay Hunt Syndrome dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang banyak tersedia di apotek.

“Pada 1982 ketika saya masih di Prancis obatnya adalah Acyclovir. Namun, dengan perkembangan zaman, ada obat yang lebih canggih, Valacyclovir. Jadi ada tiga pilihan, Acyclovir, Famciclovir, dan Valacyclovir. Dari pengalaman saya, Valacyclovir lebih baik ditambah obat steroid (seperti Prednison). Kombinasi itu membuat penyembuhannya lebih cepat,” jelas Profesor Zubairi.

Para penderita juga tidak perlu terlalu khawatir, karena dengan penanganan yang tepat, sindrom ini memiliki peluang besar dalam pemulihannya. 

“Dari studi disebutkan bahwa tingkat pemulihan cukup tinggi, yakni di atas 70%. Tentu harus dengan pendekatan medis yang tepat,” pungkasnya.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait