URnews

Soal Serial 'Layangan Putus', Ini Pesan Sosiolog untuk Perempuan

Nivita Saldyni, Senin, 10 Januari 2022 19.09 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Soal Serial 'Layangan Putus', Ini Pesan Sosiolog untuk Perempuan
Image: Cuplikan serial 'Layangan Putus'. (Instagram @wetvindonesia)

Surabaya - Serial 'Layangan Putus' telah berhasil mencuri perhatian publik akhir-akhir ini, termasuk juga akademisi. Salah satunya pakar sosiologi keluarga dari Universitas Airlangga (Unair), Sutinah yang memberikan pesan kepada perempuan.

Sutinah mengatakan, ada hal yang menarik dari serial yang bercerita tentang konflik rumah tangga Aris (Reza Rahadian) dan Kinan (Putri Marino) ini. Berkaca dari serial ini, menurutnya masyarakat harus bisa belajar bagaimana agar perempuan berdaya dan pandai membaca tanda-tanda.

Apalagi dalam tatanan sosial masyarakat kita, kata Sutinah, ideologi patriarki masih kental. Sehingga perempuan seringkali dianggap lemah daripada laki-laki.

"(Patriarki) Suatu konstruksi sosial yang menganggap perempuan lemah dan mudah disakiti laki-laki, terlebih perempuan kerap ditempatkan di subordinat artinya hanya bisa patuh. Padahal perempuan berhak mendapatkan kesempatan untuk membela diri," katanya seperti dikutip dari situs Unair, Senin (10/1/2022).

Ia pun mencontohkan, ketika ada laki-laki yang memiliki gaji oke dan cakupan pergaulan luas maka ia merasa mampu dan tak segan mencoba selingkuh. Nah, di situ lah perempuan harus pandai membaca tanda-tanda.

“Melek diselingkuhin, yang biasanya pulang kantor jam segini, yang biasanya cara berpenampilannya begini tiba-tiba trendy, dan perbedaan lainnya yang menonjol dari keseharian," katanya.

“Itu perempuan harus berani dalam menghadapi situasi ini. Berani mengungkap bahwa perselingkuhan itu termasuk tindakan menyimpang," sambung Sutinah.

Hal penting lainnya dalam mempertahankan pernikahan pasca perselingkuhan adalah membangun trust atau kepercayaan kembali. Meskipun itu bukan hal yang mudah dilakukan bagi perempuan yang ‘tersakiti’, namun seseorang yang pernah selingkuh berpotensi melakukannya lagi.

“Sama dengan orang yang melanggar aturan lalu lintas. Dalam sosiologi, sebuah perilaku menyimpang itu menguntungkan, bisa menguntungkan dari sisi waktu. Nah, perselingkuhan bisa menikmati sesuatu, tidak harus melulu soal seksual loh ya," ungkapnya.

Sutinah sendiri melihat ada banyak faktor yang membuat seorang perempuan yang mempertahankan rumah tangganya setelah diselingkuhi. Salah satunya karena faktor ekonomi yang masih bergantung pada laki-laki. 

“Saya kira keluarga itu perlu membangun bahagia setara. Pekerjaan domestik tidak harus semua dikerjakan perempuan, hanya di rumah saja, performanya jadi tidak karuan. Kemudian laki-laki jadi pergi, mencari tempat idaman yang lain," jelas Sutinah.

Untuk itu menurutnya perempuan harus berdaya dan berhak hadir di ruang publik. Selain itu, perempuan juga harus melek literasi agar tak mudah dibodohi.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait