URtainment

Soal Zara dan Okin, Psikolog Ungkap Faktor Seseorang Posting Video Intim ke Inner Circle

Nivita Saldyni, Minggu, 1 Agustus 2021 14.32 | Waktu baca 5 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Soal Zara dan Okin, Psikolog Ungkap Faktor Seseorang Posting Video Intim ke Inner Circle
Image: Kolase foto Niko Al Hakim dan Adhisty Zara (Instagram @okintph/@zaraadhisty )

Jakarta - Nama aktris muda Adhisty Zara dan mantan suami Rachel Vennya, Niko Al Hakim alias Okin tengah jadi perbincangan hangat netizen Indonesia beberapa hari terakhir. Bahkan Zara yang tahun lalu sempat bikin heboh dengan video ‘tak pantas’ bersama mantan pacarnya, Zaki Pohan itu kembali menuai kritikan tajam dari netizen.

Banyak yang menilai Zara tak bisa belajar dari masalah sebelumnya. Namun tak sedikit juga yang dibuat penasaran dengan alasan keduanya memposting foto dan video intimnya itu ke media sosial, meskipun dibagikan ke 'close friend' di Instagram Story.

Urbanasia pun bertanya kepada Psikolog Intan Erlita terkait kasus yang menyeret nama mantan personel JKT-48 itu. Kepada Urbanasia, Intan mengatakan ada beberapa hal yang memicu seseorang untuk merekam video intim pribadinya dan memposting ke media sosial.

“Orang memposting itu kan butuh pengakuan. Namun yang selanjutnya harus dipahami adalah pengakuannya ini pengakuan yang seperti apa yang dibutuhkan? Kalau pada akhirnya membawa kerugian, kan ini seperti boomerang untuk diri sendiri ya,” kata Intan kepada Urbanasia, Sabtu (31/7/2021).

Sebab Intan mengungkapkan bahwa sebetulnya hal semacam ini sudah kerap kali terjadi. Sudah banyak kasus di mana orang membagikan sesuatu untuk inner circle-nya tetapi malah dibagikan kembali oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

“Jadi pointnya adalah apa yang menjadi pemicu atau pemacu orang itu merekam kemudian membagikan itu hanya orang tersebut yang tau. Dan ini harus diperdalam karena ada hal-hal yang harusnya orang itu tahu batasannya mana yang boleh dan mana yang tidak untuk membagikan video-video tertentu, apalagi video yang intim. Jadi memang yang perlu diperhatikan adalah seberapa penting pengakuan dari orang lain terhadap hubungannya dengan orang tersebut sampai dia harus membagikan video seperti itu,” jelas Intan panjang lebar.

“Ini sih harus menjadi pertanyaan besar bagi keluarganya untuk menanyakan ke orang yang bersangkutan agar tidak terulang kembali kejadian seperti ini,” imbuhnya.

Benarkah Ada Pengaruh Usia?

1596506270-make-up-sex6.jpgSumber: Ilustrasi hubungan intim (Freepik)

Seperti yang kita tahu bersama, Zara merupakan artis muda yang masih berusia 18 tahun. Menurut Intan, usia-usia ini adalah usia seseorang berada dalam fase awal dewasa sehingga sering kali mereka masih belum bisa mempertimbangkan apa yang ia lakukan dengan baik.

“Dilihat dari usianya, bisa jadi ini mempengaruhi karena biasanya usia-usia segini kurang untuk memikirkan efek jangka panjangnya. Jadi dia hanya berpikir ’Ah ini keren’ atau ‘Ah ini gak apa-apa diposting di inner circle temen-temen gue’. Dia lupa berpikir jangka panjang, apakah semua orang yang ada di inner circle-nya akan tutup mulut nggak nih? Akan nggak membagikan ulang nggak nih ke orang lain? Nah ini kan yang bahayanya. Jadi kurang pemikiran jangka panjangnya,” jelas Intan.

“Kemudian ‘Kira-kira kalau ini ke share nanti gimana ya respons orang tua saya?’, ‘Gimana respons orang-orang terdekat saya?’, dan ‘Bagaimana ketika seluruh Indonesia, netizen berkomentar yang negatif?’. Nah artinya adreanalinya usia-usia seperti ini memang masih tinggi. Dia terkadang tidak memikirkan risiko dari apa yang dia pilih ke depannya,” lanjutnya.

Nah, menurut Intan kasus ini juga menjadi salah satu bukti efek negatif dari derasnya informasi di tengah kemajuan teknologi seperti sekarang ini. Sebab hari ini semua orang bisa mengakses informasi dengan sangat mudah, termasuk di antaranya anak-anak yang masih di bawah umur atau remaja.

“Inilah efek negatif dari derasnya informasi, derasnya teknologi sosial media. Jadi orang-orang, terutama mereka yang di usia ABG, remaja, dan dewasa awal itu menjadi bias antara mana yang boleh dan mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk,” kata Intan.

Menurut Intan hal ini kemudian menjadi area yang abu-abu atau grey area. Sebab mungkin saja di lingkungan pelaku, apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang biasa. Padahal pada kenyataannya hal itu belum tentu bisa diterima di lingkungan lainnya.

“Sebenarnya kalau kita mengacu kepada apa yang ada di negara kita dengan konsep budaya Timur, ini adalah hal-hal yang sebenarnya nggak perlu lah kita posting. Kenapa? Apalagi ini sosok selebritis, dia punya followers. Bayangkan kalau 10 atau 5 persen aja dari followers-nya mengikuti seperti yang dia lakukan, apakah akhirnya dia nggak mengajak orang untuk berbuat hal-hal yang sebenarnya nggak patut untuk dilakukan? Jadi kita harus punya rasa tanggung jawab” jelas Intan.

“Jadi bisa dipengaruhi usia, bisa juga dipengaruhi oleh lingkungannya,” tegasnya.

Video Zara-Okin Harusnya Bisa Jadi Pelajaran Bagi Para Orang Tua

1627637523-foto-mesra-okin-zara.jpegSumber: Sejumlah foto mesra Okin dan Zara yang beredar di media sosial (@cintakitkat/Instagram)

Menurut Intan, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari kasus tersebut. Khususnya hal ini seharusnya menjad catatan penting bagi para orang tua.

“Yang pasti orang tua harusnya sudah mulai membuka mata nih dari kejadian ini, bahwa anak-anak kita sekarang interaksi sama gadget-nya luar biasa. Orang tua justru harus mendampingi, orang tua itu harus berbicara dengan anak-anaknya dukan hanya mengatakan ini boleh dan ini tidak boleh, tetapi harus bisa menjadi teman, menjad sahabat untuk diskusi,” terang Intan.

Lewat membangun kedekatan bersama anak, orang tua juga harus memberikan pemahaman soal risiko yang akan dihadapi anak saat menggunakan media sosial.

“Anak-anak harus diberi pemahaman,‘Kalau kamu memposting sesuatu maka itu untuk menghapusnya susah. Apalagi kalau udah di-save sama orang. Kamu bisa menghapus postingan kamu tapi save-an yang ada di handphone orang nggak akan bisa kamu hapus’. Nah anak-anak nih harus tahu ini. Berikan awareness atau kesadaran kepada anak-anak, berikan rambu-rambu kepada anak-anak,” jelas Intan.

“Melarang anak-anak untuk nggak pegang gadget untuk saat ini di usia-usia 18 seperti ini mungkin udah nggak bisa, tetapi kita orang tua harus memahami bahwa mereka harus tetap didampingi. Jangan sampai yang mereka lakukan saat ini akan membawa penyesalan mereka seumur hidup atau bisa membuat malu keluarga,” lanjutnya.

Menurut Intan, ini adalah pelajaran yang sangat luar biasa. Dari kasus ini seharusnya orang tua bisa belajar bahwa walau bagaimanapun orang tua harus selalu mendampingi anak-anaknya.

“Usia berapapun, selama anak ini belum menikah, kita harus mendampingi. Hanya cara mendampinginya yang berbeda, mendampingi anak-anak yang kecil dengan yang usia remaja dan usia dewasa itu berbeda. Tetapi kita sebagai orang tua karena kita pernah di usia mereka, tahu bagaimana rasanya, tahu bagaimana adrenalin yang dimiliki, maka kita sharinglah pengalaman kita agar anak tidak tercebur ke hal-hal yang kita takutkan,” pesannya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait