URnews

Sosok Aung San Suu Kyi, Pemimpin Sipil Myanmar yang Ditangkap Militer

Kintan Lestari, Selasa, 2 Februari 2021 21.15 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Sosok Aung San Suu Kyi, Pemimpin Sipil Myanmar yang Ditangkap Militer
Image: Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi menghadiri sidang pleno KTT ke-35 ASEAN di Bangkok, Thailand, Sabtu (2/11/2019). (ANTARA FOTO via REUTERS/Athit Perawongmetha/wsj/djo).

Naypyitaw - Pada hari Senin (1/2/2021) secara mengejutkan berlangsung kudeta di Myanmar yang digerakkan pihak militer.

Akibat kudeta tersebut, pimpinan sipil seperti Aung San Suu Kyi serta Presiden Win Myint ditangkap. Selain itu koneksi internet dan telepon di Negara Seribu Pagoda itu juga terputus.

Kudeta sendiri dipicu isu kecurangan di Pemilu yang digelar November 2020, yang hasilnya Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Aung San Suu Kyi menang telak. 

Aung San Suu Kyi adalah sosok ikon demokrasi di negara tersebut. Ia sukses membawa demokrasi di Myanmar pada 2011 usai berpuluh-puluh tahun negara tersebut diperintah rezim militer.

Suu Kyi sendiri adalah putri dari pasangan Aung San, yang merupakan pahlawan nasional Burma, dan Daw Khin Kyi, seorang diplomat Burma terkemuka.

Suu Kyi pernah dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1991 karena perjuangannya membawa demokrasi dan hak asasi di Myanmar tanpa kekerasan.

Perjuangannya melawan rezim militer membuat dirinya jadi tahanan rumah selama 15 tahun, yakni tahun 1989-1995, lalu tahun 2000-2002, dan 2003-2010. Pada 2010 Suu Kyi resmi dibebaskan.

Lima tahun setelah dibebaskan, dia memimpin partainya yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) meraih kemenangan telak dalam pemilihan umum Myanmar 2015. Kemenangan itu membuatnya mendirikan pemerintahan sipil pertamanya setelah beberapa dekade diperintah militer.

Selanjutnya ia memegang banyak posisi pemerintahan sejak 2016, termasuk sebagai penasihat negara, yang pada dasarnya menjadikannya pemimpin de facto negara.

Aung San Suu Kyi punya reputasi sangat baik di Myanmar. Namun krisis Rohingya membuat reputasinya ternoda di mata dunia.

Beberapa pihak menilai ia tidak melakukan apapun untuk menyelesaikan masalah genosida Rohingya. Maka dari itu tidak sedikit pihak yang  meminta agar penghargaan nobel perdamaiannya nya dibatalkan.

Sementara itu akibat kudeta yang berlangsung kemarin, pihak militer menetapkan status darurat selama setahun. Dan kekuasaan tertinggi di Myanmar kini dipegang Jenderal Senior Min Aung Hlaing.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait