URtech

Startup Daur Ulang Sampah Besutan Hamish Daud Dapat Kucuran Dana Rp 74 M

Shinta Galih, Jumat, 8 Juli 2022 08.26 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Startup Daur Ulang Sampah Besutan Hamish Daud Dapat Kucuran Dana Rp 74 M
Image: Startup Daur Ulang Sampah Octopus (Foto: Octopus)

London - Startup daur ulang sampah, Octopus, baru saja dikucuri dana segar senilai US$5 juta (sekitar Rp74,8 miliar) oleh para investor yang dipimpin Openspace dan SOSV. Sejumlah investor angel dari dalam dan luar negeri juga berpartisipasi.

Dengan dana tersebut Octopus berencana akan memanfaatkan untuk memperkuat ekosistem serta ekspansi layanan dalam platformnya. Mereka menargetkan mampu menggaet lebih dari 100 ribu pengumpul sampah dan 1 juta pengguna dari berbagai kota di Indonesia pada 2024.

Selain itu membuat lima fasilitas pemilahan dan 1.700 pos pemeriksaan di empat kota: Jakarta, Bandung, Bali dan Makassar, dengan tujuan menangani 380 ton sampah, mulai dari plastik untuk peralatan elektronik, setiap bulan.

Octopus didirikan 2021 oleh Hamish Daud beserta empat orang teman, yakni Mohammad Ichsan, Niko Adi Nugroho, Rizki Mardian, dan Dimas Ario. 

Ichsan mengatakan salah satu alasan dia mendirikan Octopus adalah karena dia kembali ke rumah orang tuanya di Makassar untuk liburan, dan menemukan bahwa tempat pembuangan sampah yang berjarak 30 kilometer mengeluarkan bau busuk yang tak tertahankan, terutama mengingat dia memiliki seorang putri yang baru lahir.

“Saya bertanya-tanya dunia seperti apa yang akan dia tinggali,” katanya kepada TechCrunch.

 “Ternyata masalah ini tidak terjadi di kota-kota tertentu, tetapi juga di kota-kota lain di Asia Tenggara sehingga saya mulai lebih mengeksplorasi bisnis dengan melakukan perdagangan sampah manual dan mencoba menyelesaikan masalah satu per satu, dimulai dengan mengurangi sampah yang dapat didaur ulang. yang berakhir di tempat pembuangan sampah dengan melakukan perdagangan sampah secara manual.”

Ischan kemudian bertemu dengan lHamish Daud, yang memiliki keprihatinan yang sama dan telah melakukan penelitian tentang sampah laut.

Octopus juga mengacu pada peraturan pemerintah Indonesia tentang pengumpulan sampah yang disebut sebagai 3R , atau “menggunakan kembali, mengurangi, dan mendaur ulang”, yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah plastik di lautan hingga 70%.

 Pemerintah telah memperkuat tujuan ini dengan inisiatif seperti bank sampah, penegakan tujuan daur ulang untuk merek dan produsen, dan biaya kantong plastik untuk konsumen.
 
Octopus memperkirakan pada tahun 2025, pemerintah Indonesia akan menghabiskan $5,1 miliar untuk menciptakan ekonomi sirkular untuk lebih banyak merek. Octopus mengklaim sebagai “platform pertama yang menawarkan platform logistik pengelolaan sampah yang dapat didaur ulang dari ujung ke ujung.”

Octopus menawarkan dua jenis layanan utama, pertama adalah menjual bahan pasca-konsumen ke industri daur ulang dan yang kedua adalah pelaporan pengumpulan data untuk merek FMCG. Seperti misalnya membantu pabrikan untuk mengumpulkan popok bekas dari konsumen dengan penanganan yang sesuai prosedur operasi standar dari pelestari.

Perusahaan mengatakan bahwa selama enam bulan terakhir, telah tumbuh lebih dari 400%, dengan pengguna di kedua ujung rantai pasokan. Ini termasuk 150.000 pengguna bulanan dan lebih dari 60.000 pelestari, atau pemulung mandiri. 

Mereka mengklaim bahwa lebih dari 12.000 pelestari telah dapat membuka rekening bank sejak bergabung dengan Octopus. Di ujung lain rantai pasokan, Octopus melayani lebih dari 20 merek, termasuk perusahaan FMCG global yang menggunakan Octopus untuk membantu memenuhi kepatuhan ESG mereka. Salah satu tujuannya adalah mencapai 100.000 pelestari pada tahun 2024..

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait