Duh! H&M PHK 1.500 Karyawan, Ini Alasannya

Jakarta - Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) rupanya turut melanda produsen fast fashion asal Swedia, H&M.
Retailer fashion terbesar kedua di dunia itu mengumumkan akan memangkas 1.500 karyawannya untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan efisiensi bisnis.
Melansir footwearnews, Kamis (1/12/2022), H&M memperkirakan pemutusan hubungan kerja ini bisa menghemat budget perusahaan hingga US$ 188,2 juta atau sekitar Rp 2,9 triliun.
"Program biaya dan efisiensi ini dilakukan setelah melakukan peninjauan organisasi, dan kami sadar bahwa para pekerja akan terimbas," ucap CEO H&M, Helena Helmersson.
Lebih lanjut, Helmersson mengatakan, pihaknya akan menemukan solusi terbaik untuk langkah perusahaan selanjutnya.
Program H&M yang berimbas pada karyawan ini sudah disinggung dalam laporan pendapatan kuartal ketiga pada September lalu. Namun, saat itu belum ada rinciannya.
H&M berharap hasil dari program biaya dan efisiensi ini akan terlihat pada paruh kedua tahun 2023.
Sebelumnya H&M telah menghentikan sementara penjualan dan bisnisnya di Rusia, hasilnya keputusan ini berdampak pada penjualan dan profitabilitas perusahaan di kuartal ketiga 2022.
H&M bukan satu-satunya perusahaan yang melakukan PHK besar-besaran awal bulan ini. Amazon juga mengumumkan bahwa mereka memberhentikan sekitar 10 ribu karyawan dan StockX juga turut melakukan PHK massal.