URstyle

Hari Kanker Sedunia 2023 Momen Tepat Tingkatkan Kesadaran ‘Limfoma Hodgkin’

Tim Urbanasia, Jumat, 24 Februari 2023 10.05 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Hari Kanker Sedunia 2023 Momen Tepat Tingkatkan Kesadaran ‘Limfoma Hodgkin’
Image: Freepik.com

Jakarta - Bertepatan dengan Hari Kanker Dunia 2023 yang diperingati tiap 23 Februari, PT. Takeda Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menggelar webinar bertajuk 'Limfoma Hodgkin: Menutup Kesenjangan Akses Pengobatan Inovatif'.

Diskusi ini digelar secara virtual, Kamis (23/2/2023), dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai Limfoma Hodgkin. Hal itu senada dengan tema 'Closing the Gap in Cancer Care' pada peringatan Hari Kanker Dunia 2023.

Ketua Umum YKI Prof. Dr. dr Aru Wicaksono menyampaikan, seluruh pihak terutama masyarakat berperan penting meningkatkan pengetahuan soal kanker.

Menurut Aru, pengetahuan tentang kanker ini termasuk mengatasi kesenjangan perawatan hingga mendorong pencegahan kanker.

"Termasuk pada kesempatan ini, (pengetahuan tentang) kanker Limfoma Hodgkin," kata Aru dalam keterangannya pada diskusi online yang diikuti Urbanasia, Kamis.

Mengingat kanker bisa mengintai siapa saja, Aru mengapresiasi kolaborasi YKI dengan PT. Takeda Indonesia dalam mewujudkan tujuan dari tema diskusi kali ini.

"Sehingga kita dapat lebih mengetahui tentang kanker Limfoma Hodgkin, faktor risiko, pencegahan dan modalitas perawatannya," lanjutnya.

Pada kesempatan yang sama, General Manager PT. Takeda Indonesia Andreas Gutknecht mengatakan, isu soal akses perawatan pasien kanker ini terus digencarkan setiap tahunnya.

"Takeda Indonesia berkomitmen untuk membuka akses dan menjalankan tujuan organisasi kami, untuk menghadirkan obat-obatan inovatif yang dibutuhkan para pasien, termasuk untuk Hodgkin Limfoma, di mana terdapat populasi pasien yang memiliki keterbatasan untuk mendapatkan perawatan yang sesuai untuk kondisi mereka," kata Andreas.

Apa Itu Limfoma Hodgkin?

Menurut Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, tercatat 1.188 kasus Limfoma Hodgkin di Indonesia.

Limfoma Hodgkin ini menyerang sistem kelenjar getah bening yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit.

Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik, Dr. dr. Andhika Rachman menjelaskan, gejala umum yang muncul biasanya berupa pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha.

"Disertai B symptoms (demam lebih dari 38 derajat celcius, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot badan lebih dari 10% bobot badan selama 6 bulan), dan gejala lain seperti gatal-gatal, kelelahan yang luar biasa, dan mengalami intoleransi terhadap alkohol," jelas Andhika.

Informasi dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), Limfoma Hodgkin bisa diobati dengan menempuh kemoterapi, terapi target, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan imunoterapi.

Namun, sebanyak 20 persen pasien Limfoma Hodgkin dengan pengobatan itu masih bisa kambuh. Jadi, mereka perlu perawatan lanjutan dengan obat-obatan inovatif yang jumlahnya masih terbatas.

"Baru-baru ini pengobatan inovatif terapi target akan segera masuk ke dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional, dimana akan lebih banyak pasien yang akan mendapatkan akses terhadap obat-obatan yang dibutuhkah, terutama untuk para pasien yang memiliki kekambuhan," tuturnya.

Berdasarkan laporan WHO, negara berpendapatan nasional rendah kurang memadai dalam hal ketersediaan obat anti-kanker, termasuk terapi target. Inilah yang membuat angka harapan hidup pasien kanker di tiap negara jadi berbeda.

Maka dari itu, pemangku kepentingan berkewajiban untuk meningkatkan kemudahan akses terhadap obat kanker untuk membantu pasien.

"Takeda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan akses terhadap pengobatan inovatif, salah satunya dengan membuka akses secara luas melalui program Jaminan Kesehatan Nasional dan juga Patient Assistance Program kami yaitu Takeda BISA (Bantu Indonesia Sehat melalui Akses)," kata Andreas.

Program 'Takeda BISA' diharapkan bisa mempermudah pasien mengakses obat-obat inovatif, dengan ketentuan syarat medis dan finansial pasien. Program ini juga telah dijalankan di sejumlah faskes seperti apotek YKI dan beberapa rumah sakit di Indonesia.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait