URstyle

Migrain Bukan Penyakit Biasa, Penyebab Disabilitas Tertinggi Ke-2 di Dunia!

William Ciputra, Rabu, 3 Juli 2024 17.25 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Migrain Bukan Penyakit Biasa, Penyebab Disabilitas Tertinggi Ke-2 di Dunia!
Image: Ilustrasi migrain (Freepik)

Jakarta - Migrain dikenal sebagai sakit kepala sebelah. Disebut demikian lantaran rasa nyeri kepala akibat migrain biasanya hanya terjadi pada salah satu sisi kepala saja.

Meski berupa sakit kepala, bukan berarti migrain tidak berbahaya. Merujuk pada studi Global Burden of Disease 2019, migrain menempati urutan nomor dua sebagai penyakit penyebab disabilitas tertinggi di dunia baik bagi pria maupun wanita.

Dalam studi disebutkan, lebih dari 1 miliar orang di dunia setidaknya pernah mengalami satu kali episode migrain dalam hidupnya, dan sekitar 148 juta orang di antaranya jatuh pada kondisi migrain kronik.

Menurut Dokter Isti Suharjanti dari Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi (Perdosni), sering disalahpahami oleh masyarakat dan dianggap sebagai sakit kepala biasa. 

Padahal, migrain bisa berdampak signifikan pada semua aspek kehidupan, termasuk kemampuan untuk bekerja, hubungan sosial, dan kesehatan mental. 

“Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi penyandang migrain mengembangkan strategi sesuai kondisinya untuk mencegah migrain,” kata Isti dalam diskusi bertajuk “Tatalaksana Migrain Komprehensif dan Terkini”, yang digelar Perdosni dan PT Pfizer Indonesia, Rabu (3/7/2024). 

Dokter Isti menambahkan, pemicu migrain dapat diakibatkan antara lain oleh perubahan hormonal, stres, konsumsi makanan tertentu seperti keju, alkohol, kafein.

1720002222-Diskusi-Migrain-Perdosni.jpgDiskusi tentang migrain yang digelar Perdosni bersama PT Pfizer Indonesia. (Urbanasia)

Selain itu, pola makan dan istirahat tidak teratur, bau yang menyengat, cahaya terang, konsumsi terlalu banyak obat juga bisa menjadi pemicu migrain pada seseorang. 

Saat mengalami serangan migrain, kata Isti, ada dua pilihan pengobatan yang bisa dibagi menjadi dua kategori. Pertama tentunya pengobatan untuk menghentikan rasa sakit. 

“Kedua pengobatan untuk mencegah serangan migrain dengan menghentikan sinyal rasa sakit dan pembengkakan pembuluh darah,” lanjut Isti. 

Sementara itu, Prof Hasan Sjahrir dari Perdosni turut membagikan pengalamannya sebagai pejuang migrain. 

Menurut Prof Sjahrir, ada beberapa strategi dalam mencegah serangan migrain yang dapat dilakukan sesuai situasi dan kondisi penyandang migrain. 

Strategi itu antara lain mencatat kapan saat migrain terjadi, minum lebih banyak air, memperhatikan pemilihan makanan, melakukan teknik manajemen stres, memperhatikan cuaca, makan dan istirahat dengan jadwal reguler. 

“Ini merupakan salah satu upaya untuk mengambil kendali dalam mengatasi migrain,” jelasnya.

Adapun diskusi tentang migrain ini digelar Perdosni dalam rangka Acara Puncak Bulan Kesadaran Migrain. Dalam kesempatan ini, Perdosni bersama Pfizer menggelar diskusi edukatif bertema “Ambil Kendali, Atasi Migrain”.

Menurut Ketua Perdosni, Dokter Dodik Tugasworo, acara ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya mengatasi migrain guna mencegah risiko kesehatan yang serius dan mendorong tatalaksana migrain sebagai upaya perlindungan bagi penyandang migrain.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait