PB IDI Ungkap Alasan Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri
Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi angkat bicara terkait kritik Presiden Joko Widodo yang menyebut masih banyak masyarakat Indonesia yang pilih berobat ke luar negeri.
Adib menjelaskan, salah satu alasan masyarakat masih berobat ke luar negeri adalah terkait biaya.
"Gap yang terjadi antara Indonesia dengan luar negeri, kenapa pembiayaannya lebih murah? Karena masalah utamanya adalah pajak yang perlu jadi perhatian," ujar Adib Khumaidi dalam acara Peringatan 3 Tahun Pandemi COVID-19 dikutip Urbanasia, Jumat (10/3/2023).
Menurut Adib, perlu ada penyesuaian terkait pajak dalam biaya yang harus dikeluarkan pasien ketika berobat di rumah-rumah sakit Indonesia.
"Dari sisi nominal pembiayaan antara Indonesia dan Malaysia, di Malaysia lebih murah," ungkapnya.
Selain itu, skema tentang clinical pathway atau standarisasi proses perawatan pasien juga disorot. Pasalnya untuk menaksir efisiensi biaya, hasil pemeriksaan pasien harus dipadankan dengan prosedur Pedoman Praktik Klinis (PPK).
"Kalau tidak melakukan clinical pathway dan penyesuaian PPK, nanti ada ketidakefisienan pembiayaan, kita lihat juga dari sisi BPJS Kesehatan," kata Adib.
Clinical pathway itu berbeda dari pelayanan di rumah sakit luar negeri. Menurutnya, di luar negeri sistemnya menggunakan paket dengan pemeriksaan menyeluruh dalam satu periode waktu bertemu dokter.
“Sampai hasil pemeriksaan dan dilakukan tindakan," terangnya.
Terlepas dari hal itu, Adib juga menyayangkan sikap masyarakat Indonesia yang mampu berobat ke luar negeri, namun justru mengandalkan BPJS Kesehatan.
"Ada beberapa pasien saya ke luar negeri, dia dioperasi, terus di Indonesia habis uangnya, tidak ada biaya, tapi pakai BPJS Kesehatan bisa," sambung Adib.
2 Juta Warga Berobat ke LN
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyinggung masih adanya warga yang berobat ke luar negeri. Jumlahnya tak main-main, sampai 2 juta orang.
“Informasi yang saya terima, hampir 2 masyarakat kita itu masih pergi berobat ke luar negeri apabila sakit,” kata Jokowi, Senin (6/3/2023).
Jokowi lantas menjelaskan sebaran tujuan WNI saat berobat ke luar negeri. Menurutnya, sekitar 1 juta WNI memilih berobat ke Malaysia.
Kemudian sekitar 750.000 orang memilih Singapura, dan sisanya memilih Jepang, Amerika, hingga Jerman sebagai tujuan untuk menyembuhkan penyakitnya.
Jokowi pun mempersoalkan dampak ekonomi dari pengobatan ke luar negeri ini. Menurutnya, dengan berobat ke luar negeri, maka ada aliran modal yang keluar terus-menerus.
“Rp 165 triliun devisa kita hilang gara-gara itu, karena ada modal keluar. Capital outflow,” imbuhnya.