Prof Sidartawan: ‘Jamu’ Jadi Kunci Kendalikan Diabetes

Jakarta - Penyakit gula atau diabetes merupakan momok bagi banyak orang. Pasalnya, penyakit ini merupakan pintu masuk komplikasi penyakit dalam dan sifatnya tidak bisa sembuh.
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Metabolik Endokrin dan Diabetes Eka Hospital BSD, Prof Sidartawan Soegondo, penderita diabetes harus melakukan suntik insulin seumur hidup.
Hal ini karena diabetes termasuk tidak bisa sembuh, dan hanya bisa dikendalikan. Prof Sidartawan pun menyebut ‘jamu’ sebagai obat pertama dan kunci mengendalikan diabetes.
Namun, ‘jamu’ di sini bukan minuman herbal seperti yang dikenal masyarakat, melainkan singkatan dari jaga mulut.
“Ketika penderita sudah mampu menjaga mulut dalam mengkonsumsi makanan, maka akibat yang ditimbulkan dari sakit diabetes ini bisa diatasi. Sebab penyakit ini tak mampu disembuhkan,” katanya saat diskusi media di Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2025).
Indonesia sendiri masuk dalam salah satu negara dengan kasus diabetes terbanyak di dunia. Menurut data Internasional Diabetes Federation tahun 2021, kasus diabetes di Indonesia mencapai 19,5 juta.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Metabolik Endokrin dan Diabetes Eka Hospital BSD, Prof Sidartawan Soegondo. (Urbanasia)
Menurut Prof Sidartawan, diabetes terjadi ketika kadar gula darah dalam diri seseorang berlebih. Penyebabnya pun ada 11, dan setiap penderita bisa berbeda-beda penyebabnya.
Ada beberapa gejala diabetes yang perlu diwaspadai, yaitu:
- Haus berlebihan dan mulut kering
- Sering buang air kecil
- Merasa selalu lapar
- Penurunan berat badan tanpa sebab
- Kelelahan
- Kesemutan di tangan dan kaki
- Luka yang sulit sembuh
- Infeksi jamur pada kulit dan kelamin
Selain itu, diabetes juga menyebabkan komplikasi penyakit dalam, penyakit jantung dan pembuluh darah, diabettik neuropati, disfungsi ereksi, nefropati diabetik, retinopati diabetes, masalah kulit, hingga alzheimer.
“Jadi diabetes itu multipatologi dan harus diobati oleh multidisiplin, bukan satu dokter saja,” imbuh Prof Sidartawan.